Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekte atau Agama Baru? Stereotip Negatif dan Kesalahpahaman tentang Kepercayaan Alternatif

9 Mei 2023   19:08 Diperbarui: 9 Mei 2023   19:11 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bob Larson (Credit: Daily Star)

Mereka berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kemunculan, perkembangan, kesuksesan, dan kemunduran gerakan-gerakan ini, serta proses rekrutmen, afiliasi, dan disafiliasi. Alih-alih membujuk para anggota untuk mengubah kesetiaan mereka, para sarjana ini bertujuan untuk menentukan mengapa orang bergabung dan meninggalkannya, dan untuk menilai apakah gerakan-gerakan keagamaan baru benar-benar berbahaya seperti yang sering digambarkan media.

Kesulitan dalam Mendefinisikan dan Memahami Gerakan Keagamaan Baru

Dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuwan sosial telah berusaha mencari istilah alternatif untuk "kultus" untuk tujuan analisis, tetapi dengan keberhasilan yang terbatas karena konotasi negatif dari kata tersebut. 

Istilah-istilah seperti "agama baru", "gerakan keagamaan baru", "gerakan keagamaan alternatif", dan "gerakan keagamaan marjinal" telah diusulkan, tetapi semuanya memiliki keterbatasan. Namun, sangat penting untuk diingat bahwa anggota kelompok-kelompok ini tidak pernah menganggap diri mereka sebagai bagian dari "sekte", dan beberapa bahkan secara aktif mendefinisikan ulang istilah tersebut untuk menghilangkan konotasi negatifnya.

Alih-alih menganggap gerakan-gerakan keagamaan baru sebagai penipu teologis atau penyimpangan sosial, para ahli lebih tertarik untuk memahami konteks sosial, budaya, dan historis dari kelompok-kelompok ini. Namun, anggapan bahwa para penganut agama baru telah dicuci otaknya, tertipu secara spiritual, atau sakit jiwa menciptakan hambatan yang signifikan untuk memahami gerakan sosial yang menarik ini. Oleh karena itu, memahami agama-agama baru sebagai upaya yang tulus untuk bergulat dengan isu-isu terpenting dalam hidup adalah pendekatan yang lebih produktif.

Kesimpulannya, meskipun mendefinisikan dan memahami gerakan-gerakan agama baru mungkin sulit, sangat penting untuk menganggap kelompok-kelompok ini secara serius seperti halnya penganut agama lain dan mendekati mereka dengan pikiran terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun