Mohon tunggu...
Dailymonthly
Dailymonthly Mohon Tunggu... Freelancer - Just Another Blog

Budayakan Membaca Dailymonthly | Prima H. I have been writing for over 10 years. I have written on various topics such as politics, technology, and entertainment. However, my true passion lies in writing about comprehensive analysis and from various points of view. I believe that writing from multiple perspectives allows me to explore my subjects, settings, and moral gray areas from a wider variety of perspectives, which sustains complexity and keeps the reader interested. I have written several articles on this topic and am considered an expert in the field.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ternyata Uang Tak Meningkatkan Perekonomian Suatu Bangsa, Sistem yang Baik Adalah Kuncinya

2 Juni 2019   16:17 Diperbarui: 2 Juni 2019   16:23 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot | Youtube: JoshPalerLin

Mei'98, hari begitu cerah tetapi tidak secerah keadaan bangsa pada saat itu. Teriakan "Krismon..krismon....", "dollar naik..dollar naik..." di mana-mana, disudut-sudut kampung, di pasar-pasar bahkan di sekolah-sekolah. Tampaknya krismon menjadi trending topik pada saat itu. Suasana pecah saat koran dan telivisi menyiarkan berita kerusuhan dan penjarahan.  

Pada saat itu saya masih kecil dan tidak mengerti apa-apa, yang ada dipikiran saya adalah "jika hal ini karena uang ?! Kenapa negara tidak mencetak uang yang banyak dan dibagikan ke orang-orang".

Saya yakin pasti sebagian orang pernah berfikir apa yang saya pikirkan pada saat itu.

Setelah berjalannya waktu saya mulai sadar dan mengerti bahwa mencetak uang tidak boleh sembarangan, simple nya dalam ekonomi jika peredaran uangnya terlalu banyak tetapi ketersediaan barang sedikit maka harga barang akan naik.   Jika dulu bisa membeli permen dengan harga Rp100/biji , sekarang harga permen Rp500/biji, ini bisa disebut sebagai inflasi jika peningkatannya secara terus menerus.

Inflasi adalah salah satu dari banyak faktor penyebab krisis finansial global 97/98. Semua hal yang berkaitan dengan kebijakan moneter diatur oleh Bank Sentral/ Bank Indonesia ( BI ). BI berusaha menjaga agar sistem keuangan ( Stabilitas sistem keuangan) berjalan dengan baik serta mencegah atau mengurangi kepanikan / krisis keuangan.

 Apa sih, Yang Dilakukan BI Untuk Menjaga Stabilitas Keuangan?

Bank Sentral / Bank Indonesia (BI) dapat menaikkan dan menurunkan suku bunga jangka pendek. Misalkan saat pertumbuhan ekonomi melambat dan menurunnya nilai mata uang tajam ( inflasi ) , BI dapat menurunkan suku bunga dengan tujuan mendorong persahaan-perusahaan melakukan pengeluaran /akuisisi properti misalkan perusahaan konstruksi, investasi dan lembaga lainnya.

Suku bunga rendah menciptakan lebih banyak dorongan dalam pertumbuhan ekonomi yaitu menambah permintaan, menambah pengeluaran, menambah investasi di perekonomian. Begitu juga sebaliknya jika pertumbuhan terlalu cepat,  BI menaikkan suku bunga dengan tujuan meredam pengeluaran  yang terlalu cepat agar stabil dengan menaikkan biaya pinjaman  rumah,  mobil, atau investasi.

Krisis Keuangan / Kepanikan 

Krisis keuangan disebabkan karena hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap suatu institusi. Contoh: misalkan Anda adalah seorang nasabah  di  sebuah institusi / lembaga keuangan, sebut saja Bank A, Anda memiliki simpanan Giro ( simpanan yang dapat ditarik sewaktu -waktu / dalam waktu dan limit yang yang telah ditentukan ( jangka pendek). 

Tanpa sebab yang jelas Anda mendengar isu bahwa Bank A telah melakukan kesalahan ( kredit macet ) dan mengalami kerugian. Walaupun isu tersebut belum tentu benar,  Anda selaku nasabah akan panik dan takut Bank A akan pailit dan tidak bisa mengembalikan uang Anda.  Orang-orang pun juga demikian mulai panik  berencana melakukan penarikan mengambil semua simpanannya. 

Bayangkan jika semua orang melakukan penarikan simpanannya. Jika bank A tidak memenuhi permintaan nasabah, maka secara tidak langsung membenarkan isu bahwa telah melakukan kesalahan ( kredit macet) dan akan pailit. Jika itu terjadi reputasi bank akan buruk, kepanikan nasabah menjadi-jadi dan Bank A akan merugi. Dan jika Bank A memenuhi permintaan nasabah,  kas minimum bank tidak akan mencukupi dan jika menjual murah asetnya walaupun membutuhkan waktu tetapi tetap akan merugi.

Nah, disini  peran Bank sentral sangat penting, jadi Bank A dapat mengajukan pinjaman, selama kreditnya baik, Bank Sentral akan memberikan pinjaman maka Bank A dapat memenuhi permintaan penarikan uang nasabah, pada saat itu keadaan menjadi baik. 

Kepanikan tidak akan terjadi jika masarakat mempercayai lembaga keuangan dan isu-isu yang tidak pasti kebenarannya seperti contoh kasus Bank A yang saya jelaskan diatas. Dibentuknya OJK ( Otoritas Jasa Keuangan)  berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. Ini juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat akan lembaga Keuangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun