Kedua Ilmu yang manfaat. Guru yang ikhlas mengajarkan ilmu kepada muridnya hingga banyak muridnya yang menjadi pemimpin dan berguna bagi banyak orang dengan mengamalkan ilmu yang ia berikan, maka guru tersebut akan punya bagian pahala seperti pahala murid yang melakukan kebaikan. Maka bersenangatlah untuk menjadi guru yang ikhlas, yang mengajar dengan hati.
Ketiga anak yang shaleh/ shaleha, yang mendo'akan kepada kedua orang tuanya. Selama anak soleh/ soleha itu melakukan kebaikan, maka pahalanya bukan hanya bagi anak tersebut namun bagi kedua orang tua yang telah mendidik dan membesarkannya. Maka janganlah merasa lelah dalam mendidik dan membesarkan anak, karena sejatinya mereka itu adalah harta kita yang paling berharga dari apapun yang kita miliki. Do'akan selalu agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang shaleh dan shaleha.
Memiliki ketiganya tentu menjadi kebahagiaan yang sempurna. Bagi para guru atau profesia apapun maka upaya lain agar ilmunya tetap bermanfaat adalah dengan membuat buku, buku menjadi mahkota bagi penulisnya, mampu mengabadikan nama penulisnya meskipun telah tiada, dan ilmu yang ada dalam buku yang ditulisnya selama ada yang membaca dan mengamalkannya maka pahala akan terus mengalir baginya. Maka saya termasuk yang insya Allah bahagia dengan pilihan aktif di kegiatan literasi nusantara dalam wadah Kelas Belajar Menulis Nusantara asuhan Om Jay atau Dr. Wijaya Kusumah.
Tagline saya dalam menulis adalah Saya menulis maka saya ada. Jika saya tak menulis maka tidak ada. Sehingga saya akan berusaha untuk terus menulis setiap hari agar saya selalu ada. Ini sejalan dengan tagline menulis Om Jay guru saya dalam  menulis " Menulslah setiap hari lalu lihat apa yang terjadi". Mantra sakti Om Jay telah saya lakukan selama 1 tahun.  Banyak keajaiban yang saya rasakan dari kegiatan menulis setiap hari, antara lain :
Pertama, saya dari yang tadinya punya teman guru hanya seputaran kota Serang dan Banten, dengan aktif di KBMN teman saya makin banyak dan tersebar di seluruh nusantara dari Sabang hingga Merauke atau dari Aceh hingga Papua. Lintas suku, bahasa daerah dan agama karena dalam literasi kita menulis tak boleh menyinggung Suku, Ras, dan Agama atau SARA.
Kedua telah memiliki buku solo dan puluhan buku antologi. Dalam satu setengah tahun aktif di KBMN, saya gabung di gelombang 20 dan setelah lulus, alhamdulillah diajak masuk Tim Solid Om Jay mengelola KBMN gelombang 21 hingga gelombang 28 yang sedang berjalan, telah punya 50 buku antologi.
Ketiga selain telah terbiasa menulis atau menjadi penulis, saya dapat kepercayaan dari teman peserta gelombang 21 hingga 28 untuk mengedit naskahnya dan membantu menerbitkan buku solonya. Beberapa buku antologi, Â saya dipercaya menjadi kurator atau ketua penulis yang menghimpun naskah dari semua peserta nulis bareng, mengedit tahap satu dan mengawalnya hingga terbit dan diterima di pangkuan para penulisnya.
Keempat dari kegiatan mengedit atau menjadi kurator, Alhamdulillah ada tambahan rejeki yang meskipun tak banyak lumayan untuk bisa ikut antologi dengan kurator lain. Tak keluar uang dari saku sendiri cukup dari uang lelah menjadi editor atau kurator saja. Bila pakai uang sendiri maka cukup lumayan, ikut 1 buku antologi saja sudah butuh baiaya 150.000 rupiah. Jika ikut 50 buku antologi saya harus membayar sekitar 7,5 juta.
Kelima dan ini benar-benar saya syukuri, saya naik kelas dari yang awalnya hanya seorang guru SD dengan jabatan wali kelas, menjadi seorang penulis, motivator, pengisi materi kepenulisan, editor, kurator dan pengamat pendidikan. Dapat berkenalan dan bicara dengan Presiden Jokowi dalam buku Surat Cinta Guru untuk Presiden Jokowi bersama 30 penuis lainnya di buku antologi yang saya kuratori.