Cerita Jenaka Bersama Guru Se-Indonesia
Berangkat ke Jakarta Ibu kota Indonesia bagi sebagian guru daerah merupakan impian. Apalagi jika ke Jakartanya ada tujuan yang berguna dan membahagiakan. Meski harus dengan biaya mandiri alias bukan biaya dinas tak jadi halangan, mereka mengupayakan dengan ragam cara dan menabung sejak jauh  hari agar cukup bekal untuk berkegiatan di Jakarta pada waktunya.
Demikian yang terekam Penulis dari obrolan teman-teman guru se-Indonesia yang teegabung dalam Ikatan Guru Indonesia [ IGI ]. Mereka datang dari 34 Propinsi mulai dari Aceh hingga Papua dari seluruh pulau yang tersebar di Nusantara. Kedatangan mereka ke Jakarta dengan tujuan hampir sama untuk merayakan Hari Guru Nasional dan HUT IGI ke-13 bersama pengurus IGI bersama-sama.
Selain acara Hari Guru Nasional [ HGN ] dan HUT IGI, ada pula yang hadir untuk menerima penghargaan dari IGI Pusat karena berhasil memenangkan lomba guru. Ada katagori guru kreatif, guru Inovatif, Guru Inspiratif, guru penggerak, dan guru berprestasi. Wah ini mirip nama-nama buku antogi yang aku kuratori 4 buku tentang guru : Guru hebat bersahabat, guru hebat millenial, guru hebat inspiratif, dan guru hebat berprestasi. Keempat buku tersebut masing-masing ditulis 35 guru se-Nusantara.
Kejenakaan atau kelucuan selama 3 hari  aku ikut kegiatan HGN  bersama guru IGI se-Nusantara antara lain : Pertama diperjalanan dari  Serang Banten ke Jakarta ada 6 orang orang di Mobil Ketua IGI Banten Pak Harjono termasuk aku dan Pak Akto Sekjen IGI Banten.  Badannya paling subur dan terkenal beser, senior IGI Banten Pak  Saiful tiba-tiba bertanya saat akan start dari Indomart Serang Timur, apakah Pak Akto sudah ke Toilet ?.
Saya jawab sudah, karena sebelum berangkat memang Pak Akto masuk Indomart dan sebentar saja  sudah ke luar. Aku tanya : "kok sebentar belanjanya?". Beliau menjawab : "saya tak belanja hanya numpang ke Toilet saja". Dengar  jawabanku, sontak pak Saiful ngakak dan sepertinya seneng banget.
Nah itulah Pak Akto, kalau pergi, minta berhenti jika ada Alfa atau Indomart, dulu saya kira beliau mau ada yang dibeli. Tapi kok sebentar sekali dan tak tampak antri di kasir?. Rupanya Pak Akto ke Alfa dan Indomart hanya numpang ke Toilet saja. Aku pun menimpali, kali ini tak akan kinta mampir Pak ipul, beliau sudah pasang pempers. Kemabli semua yang mobil ngakak, dan pak akto ikutan ngakak. Hahaha..
Kelucuan kedua saat berkunjung ke gedung MPR ada teman yang tak dapat sarapan termasuk aku di Bus 1. Kami menginap di BPMP Jakarta di Jl. Nangka 1. Bus 1 berangkat paling depan, rupanya uduk yang dipesan panitia datang telat hingga tak sempat dibagikan di Bus 1 jatah kami ada di Bus 4. Hingga tiba di gedung MPR kami tak  sarapan dan beres acara diskusi 4 pilar lalu kembali ke Bus 1. Kami dapat nasi makan siang dari sekretariat MPR, pas mau masuk Bis 1 panitia membagikan Nasi kotak sarapan.
 Sontak Pak Akto teriak : " baiklah aku akan sarapan dan makan siang barengan " .  Kami pun seisi Bus 1 tertawa ngakak, karena memang beliau memakan 2 nasi kotak sarapan dan makan siang dengan lahapnya  dan Alhamdulillah habis tak bersisa. Memang lucu sahabatku yang berbobot 85 Kg ini, selalu bersemangat dan tak mau menyia-nyiakan makanan.
Kejadian lain saat kami masuk Museum Gajah, Guide langsung mengarahkan kami masuk dan kumpul di pelataran dalam sebelum melihat-lihat koleksi yang ada di dalam museum Gajah yang nama resminya Museum Nasional. Rupanya ada yang beli tiket da nada yang langsung masuk. Â Setelah beres pengarahan dari Guide bahwa ada 5 aturan yang harus ditaati pengunjung antara lain masuk ke Gate koleksi menunjukan tiket masuk.
Kami yang belum beli tiket langsung pada kaget, kirain akan dibagikan panitia, rupaya beli masing-masing, kami pun kembali ke pintu gerbang dan antri beli tiket, teman yang sudah beli tiket menyindir : "iya kita para guru kebiasaan kalau kunjungan sekolah bareng murid serba Gratis ditanggung panitia".  Ini beli sendiri, makanya pada belingsatan antri  kembali di loket untuk beli tiket kunjungan museum.
Kejadian terakhir dan benar benar memalukan adalah kami tertinggal rombongan dan Bus sudah berangkat. Ada 15 orang guru yang tertinggal karena kelamaan muterin Monas dan ke Masjid Istiklal dengan bus Trans Jakarta kap terbuka, kesenengan nyanyi di sini senang di sana senang, pas balik ke titik kumpul sudah melebihi jam tunggu.
Nah karena harus menyebrang ke Museum Gajah, Â kami harusnya nunggu rambu yang ada tanda orang jalan menyala hijau. Rupaya teman dari daerah main nyebrang saja padahal masih merah, sontak motor mobil pada kaget dan bunyi klakson bertalu-talu, namun tak ada yang berani marahin. Karena tampak kami pakai batik IGI. Hahaha.. pantes saja banyak murid tak tertib, ruoanya niru para gurunya ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H