Tetanggaku Bagaikan Saudaraku
Hidup bermasyarakat baik di lingkungan perkampungan maupun di komplek perumahan akan memiliki tetangga. Yang dimaksud tetangga adalah orang yang tinggal di dekat rumah kita. Bisa tetangga dekat atau tetangga jauh.Â
Tetangga dekat apabila jarak dari rumah kita ke rumahnya hanya beberapa meter saja atau bahkan sebelahan jika di komplek perumahan. Sedangkan tetangga jauh adalah yang beda jalan/ gang, namun masih satu kampung atau satu komplek.
Keberadaan tetangga akan mempengaruhi kehidupan kita dan keluarga. Bila tetangga kita baik, maka kenyamanan dan keamanan rumah serta keluarga, akan kita raih, namun jika sebaliknya, maka keresahan dan ketidaknyamanan akan mendera. Lantas bagaimana sebaiknya kita menyikapi keberadaan tetangga?
Bagaimanapun habit dan perangai tetangga itulah fakta. Kita tidak bisa memesan bahwa kita ingin tetangga yang baiknya begini dan begitu.
Saat kita menempati rumah, bisa jadi kita yang awal dan masih belum ada tetangga lain, di kemudian hari datanglah penghuni rumah sebelah atau depan rumah, selanjutnya mereka menjadi tetangga kita.Â
Atau pada saat lain, kita menempati rumah maka kita datang yang terakhir dan kanan kiri serta depan belakang rumah kita, sudah ada penghuninya, lalu kita berbaur dengan mereka hidup bertetangga.
Pengalaman kami berumah tangga dan mengontrak rumah di Bogor milik Pak Yoyok pegawai PLN, kami memiliki sekitar 6 tetangga.Â
Satu di samping rumah persis yang juga mengontrak di Pak Yoyok, keluarga Pak Yoyok, dan 4 rumah lainnya yang berada di seberang jalan perumahan.Â
Dari keenam tetangga yang mau berinteraksi hanya 3 rumah dan sisanya menutup diri dengan pintu pagar yang tinggi. Sedangkan  3 tetangga yang mau berinteraksi adalah samping rumah persis, Pak Yoyok dan Keluarga Pak Endang.
Interaksi kami dengan tetangga samping rumah membuat kami tak happy karena kebiasaannya menyetel musik dengan suara tinggi, bahkan pada watu adzan atau masuk waktu sholat.Â