Mohon tunggu...
DAIL MA RUF PTY
DAIL MA RUF PTY Mohon Tunggu... Guru - Guru Inspiratif Menginspirasi siapa saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dail adalah guru di Yayasan Semesta Alam Madani yang diamanahkan sebagai Ketua YASALAM, sebelumnya pernah mengajar di SMP/MTs Nur El falah Kubang, di SDIT Al Izzah kota Serang dan di SD Al Azhar 10 Serang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Damar Awal Kuliah di IKIP Jakarta

23 Juli 2022   21:51 Diperbarui: 23 Juli 2022   22:00 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Damar yang kuliah di Jakarta di kampus IKIP Jakarta di Rawamangun mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab awal kuliah tahun pertama tinggal di rumah sahabat abahnya Pak Fuad pedagang daging di pasar Pulo Gadung Jakarta Timur.

  Kami mengenal Pak Fuad karena ada 2 anak beliau yang pernah mondok di Ponpes Nur El falah Kubang Petir Serang di Banten. 

Pas abahku cerita bahwa Damar anaknya kuliah di Rawamangun, beliau menawarkan kalau mau tinggal bersama anaknya Mas Mujid yang kuliah di Universitas Empu Tantular silahkan saja, ia pun memberikan alamat dan nomor telepon rumah kepada Abahnya Damar.

Sewaktu hari pertama diantar ke Kampus IKIP Jakarta di Rawamangun, Damar diantar kakaknya Dudi Setiawan (kini sudah almarhum) untuk bayar uang daftar ulang setelah diterima kuliah di kampus tersebut melalui jalur PMDK (undangan rektor). Tahun 1996 ketika itu nama Rektor IKIP Jakarta dijabat oleh Ibu Prof. Dr. Anah Suhaenah Suparno. 

Ada kenangan manis bagi Damar saat ia menjadi mahasiswa baru (MABA) di kegiatan OSPEK. Ia dipilih panitia untuk  mewakilili mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, untuk disematkan tanda peserta OSPEK oleh rektor.  Dan di hari penutupan OSPEK di Fakultas masing-masing, Damar ditunjuk untuk pembaca do'a.

Tinggal di rumah Pak Fuad yang ukuran rumahnya hanya seluas 80M2 dan ada 2 kamar  tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi, serta di atas ada pavilion /1 kamar dengan 4 anak dan tambah Damar maka genal 7 orang tentu menjadi tantangan tersendiri. Apalagi kamar yang atas tempat aku menumpang aku tidur bersama 2 anak beliau. 

Nyaris penuh sesak, namun karena belum ada pilihan lain Damar pun menerima dengan cara menenangkan diri bernyanyi lagu Pramuka " di sini senang, di sana senang ... " . Untung saja pada tahun kedua Damar berkenalan dengan kang Yadi dan Mustopa orang Bandung dan Ciamis.

Kang Yadi yang mahasiswa Jurusan Teknik Mesin IKIP Jakarta bercerita, bahwa beliau tinggal di Asrama Yatim Putra Mulia di Kayu Putih Pulo Gadung dan menawarkan pada damar dan Mustopa untuk juga bisa tinggal di sana. Taka da persyaratan khusus selain mau membantu menjaga dan mengasuh anak-anak yatim di panti tersebut. 

Karena penasaran Damar dan Mustopa segera melakukan survei untuk penjajagan apakah menarik bagi mereka jika pindah ke sna?. Alhasil mereka minat untuk tinggal di sana. Panti tersebut bangunannya baru dan megah, dalam satu Kawasan di jl kayu putih ada masjid, ada swalayan, ada asrama tempat tinggal anak yatim, ada ruang makan dan banyak kamar mandi. Serta ada ruang kamar ustad.

Damar dan Mustopa tinggal di kamar ustad, yang ternyata sudah ada 3 ustad yaitu ustad Ali Rido kuliah di LIPIA, Ustadz Ahmad Saikhu kuliah di LIPIA, dan Kang Yadi kuliah di IKIP Jakarta. Anak Yatim di panti asuhan Putra Mulia ada sekitar 50 orang berasal dari pedalaman Pulau Mentawai Sumatra Barat. 

Katanya mereka sebagian Yatim dan hanya beberapa orang yang berasal dari anak du'afa.  Damar merasa tak sult untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, karena ia berpengalaman tinggal di Ponpes Abahnya di Kampung halaman, di Ponpes Nur el Falah Kubang, dan di Ponpes Al Hikmat Pandeglang.

Sepulang Kuliah meski lelah mendengarkan materi perkuliahan yang disampaikan para dosen, lalu pulang berjalan kaki dengan jarak sekitar 1,5 KM dan itu PP. Damar tak bisa langsung  istirahat tidur siang hingga petang seperti anak  kosan seangkatannya. Damar bersama ustadz lainnya harus mengajar adek-adek panti untuk sekolah TPA. 

Ada pula warga sekitar yang ikut sekolah TPA di panti Putra Mulia  bahkan ada beberapa wali murid yang ikut sekolah TPA di Putra Mulia karena kantornya dekat. Mungkin selepas jemput anaknya diSDN pagi, makan ganti baju dan sholat duhur, lalu anaknya diantar ke TPA dan baru dijemput Kembali pada pukul 16.00 bakda ashar sepulang kantor.

Bimbing sholat ashar berjama'ah, mendampingi mandi dan ganti baju serta merapihkan rooster atau jadwal pelajaran untuk besoknya. Jika ada PR maka mendampingi mereka mengerjakan PR karena memang di Panti tak ada Ibu dan Bapak, dan Kamilah yang menjadi orang tua pengganti bagi mereka. 

Tak pernah punya anak, namun mengurusi anak-anak usia TK dan SD yang seharusnya mereka dirawat dan dididik oleh kedua orang tuanya. 

Namun nasib berkata lain mereka di tinggal sang Bapak dan Sang Ibu tak sanggup sekolahkan mereka. Maka ketika ada tawaran sekolah gratis bagi Yatim, meski harus tinggal di Jakarta dan tidak ada yang dikenal 1 orang pun di sana, anak yatim tersebut mau. 

Ibunya berhasil meyakinkan bahwa mereka akan baik-baik saja. Dan malah akan jadi orang hebat yang penting belajar giat dan dengarkan nasihat ustad jangan berbuat yang akan memalukan diri sendiri dan keluarga.

Mereka akan bergantian kakak pembinanya. 1 orang Pembina akan mengasuh sekitar 10 anak, dan alhamdulillah berjalan. 

Ada kenangan indah bersama mereka, antara lain pernah suatu hari adak anak paling caper dan cengeng namanya Lubis, perlu trik khusus agar ia mau menulis dan belajar. Maunya selalu di perhatikan. 

Padahal kakak pendamping harus memperhatikan semuanya. Kadang kalau pas ia merajuk nangisnya bisa 1 jam baru akan reda. (to be continue).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun