Mohon tunggu...
DAIL MA RUF PTY
DAIL MA RUF PTY Mohon Tunggu... Guru - Guru Inspiratif Menginspirasi siapa saja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dail adalah guru di Yayasan Semesta Alam Madani yang diamanahkan sebagai Ketua YASALAM, sebelumnya pernah mengajar di SMP/MTs Nur El falah Kubang, di SDIT Al Izzah kota Serang dan di SD Al Azhar 10 Serang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Damar Awal Kuliah di IKIP Jakarta

23 Juli 2022   21:51 Diperbarui: 23 Juli 2022   22:00 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katanya mereka sebagian Yatim dan hanya beberapa orang yang berasal dari anak du'afa.  Damar merasa tak sult untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, karena ia berpengalaman tinggal di Ponpes Abahnya di Kampung halaman, di Ponpes Nur el Falah Kubang, dan di Ponpes Al Hikmat Pandeglang.

Sepulang Kuliah meski lelah mendengarkan materi perkuliahan yang disampaikan para dosen, lalu pulang berjalan kaki dengan jarak sekitar 1,5 KM dan itu PP. Damar tak bisa langsung  istirahat tidur siang hingga petang seperti anak  kosan seangkatannya. Damar bersama ustadz lainnya harus mengajar adek-adek panti untuk sekolah TPA. 

Ada pula warga sekitar yang ikut sekolah TPA di panti Putra Mulia  bahkan ada beberapa wali murid yang ikut sekolah TPA di Putra Mulia karena kantornya dekat. Mungkin selepas jemput anaknya diSDN pagi, makan ganti baju dan sholat duhur, lalu anaknya diantar ke TPA dan baru dijemput Kembali pada pukul 16.00 bakda ashar sepulang kantor.

Bimbing sholat ashar berjama'ah, mendampingi mandi dan ganti baju serta merapihkan rooster atau jadwal pelajaran untuk besoknya. Jika ada PR maka mendampingi mereka mengerjakan PR karena memang di Panti tak ada Ibu dan Bapak, dan Kamilah yang menjadi orang tua pengganti bagi mereka. 

Tak pernah punya anak, namun mengurusi anak-anak usia TK dan SD yang seharusnya mereka dirawat dan dididik oleh kedua orang tuanya. 

Namun nasib berkata lain mereka di tinggal sang Bapak dan Sang Ibu tak sanggup sekolahkan mereka. Maka ketika ada tawaran sekolah gratis bagi Yatim, meski harus tinggal di Jakarta dan tidak ada yang dikenal 1 orang pun di sana, anak yatim tersebut mau. 

Ibunya berhasil meyakinkan bahwa mereka akan baik-baik saja. Dan malah akan jadi orang hebat yang penting belajar giat dan dengarkan nasihat ustad jangan berbuat yang akan memalukan diri sendiri dan keluarga.

Mereka akan bergantian kakak pembinanya. 1 orang Pembina akan mengasuh sekitar 10 anak, dan alhamdulillah berjalan. 

Ada kenangan indah bersama mereka, antara lain pernah suatu hari adak anak paling caper dan cengeng namanya Lubis, perlu trik khusus agar ia mau menulis dan belajar. Maunya selalu di perhatikan. 

Padahal kakak pendamping harus memperhatikan semuanya. Kadang kalau pas ia merajuk nangisnya bisa 1 jam baru akan reda. (to be continue).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun