Mohon tunggu...
Dahnil Anzar Simanjuntak
Dahnil Anzar Simanjuntak Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Peneliti

Peneliti dan Dosen, juga pedagang kopi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pertahanan Itu Bukan Opini dan Tagar Sosmed

5 Januari 2020   20:45 Diperbarui: 5 Januari 2020   20:48 1888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto direpet-repetin dan disalah-salahin karena cakap beliau yang menyatakan "kita cool saja menghadapi masalah Natuna" "RRT adalah Negara sahabat" "kita selesaikan dengan damai". 

Ketiga statement pendek hasil "door berhenti" para pewarta tersebut diolah-olah sedemikian rupa oleh lelek-lelek dan omak-omak pengamat, politisi yang paham masalah sampai dengan yang sama sekali tak paham, namun memang harus muncul karena ada kesempatan memamfaatkan "keawaman" publik dengan narasi kedaulatan dan keberanian. 

Pun, demikian dengan Sosial media, mulai pesohor sampai operasi akun-akun palsu bertebaran, tidak peduli kita harus sikapi bersama dengan rasional dan tepat.

Yang penting bukan hajar dan lawan RRT-nya, tapi down grade dan tepok Prabowo Subianto, tak penting penjelasan superti apa yang harus disampaikan berulangkali, karena sebagian besar memang tidak membutuhkan penjelasan tapi hanya ingin melampiaskan ketidaksenangan terhadap Prabowo Subianto atau melampiaskan kekecewaan terhadap beliau. (awak uda jelasin berkali-kali)

Yaaaah...sudahlah. Awak sebagai front liner yang mewakili beliau dipublik terus merawat sabar dengan berbagai tuduhan yang mampir, setidaknya pahala Pak Prabowo Subianto yang banyak sejak 21 tahun lalu dengan berbagai tuduhan dan stigma ke beliau juga ikut mengalir ke Anak kampung nih (hehehe), kan awak Jubir beliau, sob,  yang juga menjadi tameng Fitnah dan sakwasangka beberapa pihak. 

Okeh wak...

Awak jelaskan dulu apa aja yang jadi repetan uwak-uwak pengamat dan politisi, maupun lelek-lelek dan omak-omak di Sosmed.

Pertama. Cakap Pak Menhan, ketika di "DOOR berhenti" oleh wartawan, dijegat klo cakap anak Medan. Klo kita "cool aja", "Cina negara sahabat" dan "Kita pilih jalan dame"

Klo kata orang Tangerang, "ini mah Pak Prabowo sekate-kate aje" harus dijelasin. Namanya juga "Door Berhenti" sambil lalu.

nih ya awak jelasin, "cool aja", iya la Menhan harus pastikan jajarannya cool aja, klo kita merepet-repet tak jolas, yah jadi payah cakap nanti pertahanan awak nih. 

Cool aja lek...tapi kan kapal-kapal kita diperintahkan beroperasi disana sesegara mungkin. Ini masalah pertahanan wak bukan lomba repet-repet, awak aja pelit cakap semenjak di Kemhan. Banyak kali yang tak bisa awak cakapkan, meskipun dimaki-maki. 

Terus "Cina Negara Sahabat". Lelek-lelek sekalian dan omak-omak awak, emang RRT bukan negara sahabat? kan kita punya hubungan diplomasi. Artinya, RRT memang negara sahabat. Tak ada yang salah dengan itu. Dan, Menhan harus selow gitu dalam kondisi ini. Selow tapi aksi Sob (aaaah gak bisa awak cakap lebih detail wak).

Lanjuuut.... Pak Menhan bilang "Kita pilih jalan damai". Sob, lek, omak. Kelen paham gak masalahnya. Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) di Laut Natuna Utara itu, adalah wilayah Hak Berdaulat namanya, dia tak disebut territorial or bukan wilayah Kedaulatan (Kedaulatan adl kewenangan penuh atas wilayah yang meliputi wilayah darat, perairan kepulauan dan laut Territorial). 

Ini dua hal dan hil yang laen wak. Hak Berdaulat artinya kita bisa memamfaatkan semua potensi ekonomi yang ada di dalamnya dan negara laen harus izin ke kita kalok mau masuk atau ikut mengambil mamfaat ekonomi di wilayah tersebut. 

Nah, ini sudah diatur melalui konvensi hukum laut PBB atau UNCLOS (United Nation Convention on the law of the  Sea) 1982, dimana RRT menjadi bagian dari UNCLOS, cuma pak RT aja yang gak ikut disitu :-) serius kali kau wak....

Makanya, yang turun menghalau kapal-kapal nelayan RTT dan Vietnam disana banyak dari KKP dan Bakamla...Militer back up saja,  standby patroli-patroli bila dibutuhkan tentu akan bertindak, karena ini masalah Hak Berdaulat, berbeda bila itu terkait kedaulatan, maka langkahnya pun berbeda. Karena masing-masing langkah dan aksi pasti punya dampak yang harus diperhitungkan. 

Makanya, kita pilih jalan damai, bersahabat, cool tapi tegas dan tak inferior. Nah, Sikap itu sudah disampaikan kepada publik melalui kompress bersama di Kemenkopolhukam, di mana pak Menhan juga hadir dan ikut merumuskan sikap tersebut, kebetulan awak ikut dalam forum tersebut sob, mendampingi Pak Menhan, sikap beliau terang dan tegas....

Nah, sikap itu disampaikan melalui statement bersama yang dibacakan Ibu Menteri Luar Negeri; ada 4 Point Penting.

Pertama. Telah terjadi pelanggaran oleh kapal-kapal Tiongkok di wilayah ZEE Indonesia (ini pelanggaran Hak Berdaulat ya Sob). 

Kedua. Perairan Natuna adalah wilayah ZEE Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNCLOS pada tahun 1982 (ini awak baru lahir), dimana RRT juga Anggota UNCLOS maka meminta RRT mematuhi keputusan tersebut.

Ketiga. Indonesia tidak akan mengakui claim 9 garis putus-putus (9 Dash Line) dan Traditional Fishing Ground, yang tidak memiliki landasan hukum internasional sama sekali.

Keempat. Indonesia akan meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah Laut Natuna, serta peningkatan patroli.

Jadi tak ada yang laen-laen sikapnya semja sama, kok kelen belang laen-laen pula. Bahkan menyebut Pak Menhan lembek dan macam-macam tuduhan lainnya...

Awak cakap sikit ya, Pertahanan itu bukan opini tapi kerja yang terstruktur dan rapi dan seringkali harus sepi. Pak Menhan sudah lama mengalami situasi, Suffering of Knowing.... awak pun udah lama kali kenak situasi ini terkait gerakan Antikorupsi dan KPK serta gerakan-gerakan lain.

Di tengah lelek-lelek dan omak-omak serta kawan-kawan awak seantero Indonesia mengalami Blessing of Unknowing. Tapi, awak pahami ungkapan senior awak, senior kita sema bapak bangsa, Pak Kasman Singodimedjo, Leiden is Lijden (Memimpin Adalah jalan penderitaan).

Terimakasih sobat, semoga cakap-cakap awak ini bisa dipahami, klo gak????. udah payah cakap lah....

Kalok kata Pak Prabowo Pertahanan itu bukan opini apalagi tagar sosmed. Pertahanan itu matematika, pun dengan Dunia militer, militer dan alutsista itu eksakta.

Ini memang jalan sepi, jalan sepi para prajurit, jalan sepi para pendekar, yang rela dihujat oleh seluruh rakyat yang dia sendiri lindungi dan seringkali ketika dia mati untuk melindungi rakyat itu, rakyat tak sdr, dan akhirnya para satria  gugur dengan hujatan namun mereka bahagia karena gugur demi melindungi bangsa dan negara serta rakyatnya.

Udahlah ya Sob...awak mulai melo kali nih....jadi puisi pulak nanti cakap-cakap awak ni. 

Salam Indonesia Raya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun