Fatahillah, di sisi lain, terkenal karena perannya dalam penaklukan Jayakarta, yang kemudian menjadi Jakarta. Ia adalah seorang panglima perang dari Banten yang berhasil mengalahkan pasukan Portugis di Sunda Kelapa pada tahun 1527 7.
Fatahillah, di sisi lain, dikenal sebagai pahlawan nasional yang memimpin penaklukan Jayakarta dari pasukan Portugis. Keberaniannya dalam melawan penjajah asing menjadi bagian penting dalam perjuangan melawan penjajahan di wilayah ini. Transformasi Jayakarta menjadi Jakarta merupakan tonggak penting dalam sejarah Indonesia.
Warisan Sejarah dan Kekuatan Identitas
Era Syarif Hidayatullah dan pendirian Kerajaan Islam Cirebon membentuk karakter dan identitas kota ini. Warisan budaya, agama, dan nilai-nilai moral yang ditanamkan selama periode ini tetap relevan hingga saat ini dan menjadi bagian penting dalam sejarah Cirebon.
Pada abad ke-15, seorang tokoh ulama dan wali Sufi bernama Syarif Hidayatullah, yang juga dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, memulai perjalanan panjangnya dari tanah Arab menuju pulau Jawa. Tujuan utamanya adalah untuk menyebarkan ajaran agama Islam ke wilayah yang baru. Perjalanan ini, yang penuh dedikasi dan komitmen, menggambarkan peran pentingnya dalam membentuk masa depan Cirebon.
Di bawah pimpinan Syarif Hidayatullah, Cirebon menyaksikan pendirian Kerajaan Islam Cirebon atau Kasunanan Cirebon. Kerajaan ini bukan hanya pusat agama Islam yang signifikan tetapi juga memengaruhi perkembangan budaya, sosial, dan ekonomi di wilayah ini. Ajaran dan etika yang dia susun dalam petatah petitih menjadi pedoman bagi masyarakat Cirebon, membentuk nilai-nilai moral dan pandangan dunia yang masih relevan hingga saat ini.[5]
Â
Selain ajaran agama dan etika, Cirebon memiliki situs bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah ini. Menjangan Wulung, seorang pendekar sakti yang sering mengganggu kaum Muslimin, menjadikan Masjid Agung Sang Ciptarasa sebagai sasarannya. Masjid ini sendiri didirikan pada abad ke-15 oleh para mubaligh Tanah Jawa dan menjadi salah satu pusat dakwah Syarif Hidayatullah.
Â
Namun, Cirebon juga dikenal karena tradisi uniknya yang disebut "Adzan Pitu," di mana adzan dikumandangkan tujuh kali sehari untuk mengingatkan waktu ibadah. Tujuh orang muazin bekerja bersama-sama untuk mengumandangkan adzan ini, sebuah praktik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Cirebon.
Â