Manusia di alam tinggi bersaksi bahwa Sang Dia adalah tuhannya
Di alam tinggi pula semua begitu lengkap nan indah
Kemudian mereka ditugasi untuk menyembah diriNya
Kala itu mereka satu per satu ditiup menuju alam kandungan
Dirinya penuh mimpi melihat semua yang dialaminya begitu menyenangkan
Berada di alam kandungan ia menerima begitu saja semua yang disodorkan padanya
Tanpa bertanya, tanpa protes dan tanpa bantahan sepeser punÂ
Dirinya hanya setitik noda tinta yang sejajar dengan debu yang berterbangan saat tertiup anginÂ
Semakin hari titik noda tinta semakin membesar dan membentuk dirinya dengan keunikan
Begitu menyenangkan hidup di alam kandungan tanpa kerja untuk mendapatkan segalanyaÂ
Semula tidak beranggotakan tubuh kini ingin rasanya bergerak bebas namun dibatasi oleh dinding elastisÂ
Terasa menyenangkan hidup di luar sana yang tanpa batasÂ
Kemudian dirinya seperti tersadar dari mimpi berkepanjangan melihat silaunya sinar yang memancarÂ
Ternyata selama ini hanya mimpi-mimpi yang berlalu-lalang di dalam kepalanyaÂ
Ternyata dirinya tidak tahu apa-apa bahkan tidak ada yang dikuasainya
Ternyata keinginannya sering terkalahkan oleh badannya yang kecilÂ
Ternyata untuk mendapatkan ia harus mengusahakanÂ
Hidup di alam dunia dengan kerja untuk melaksanakan keinginannya juga kebutuhannya
Membanting kepala hingga mematahkan tulang diperbudak oleh apa yang disebut kerjaÂ
Dirinya diukur oleh standar-standar tidak wajar penuh kerusakan dan kebinasaanÂ
Kebiadaban demi kebiadaban ia tonton satu per satu hingga dirinya memuntahkan rasa muakÂ
Mengejar gaya hingga merana terbaring terkaparÂ
Berlari menuju popularitas hingga akalnya dikebiriÂ
Memaksakan pengakuan hingga dirinya tidak karuanÂ
Berambisi hingga nuraninya matiÂ
Mengejar dunia dan melampauinya
Syahwat menjadi tuannya
Birahi ketamakan menuntunnyaÂ
Orgasme dunia menjadi cita-citanya
Semua terikat ruang dan waktuÂ
Semua terjebak oleh ruang yang membatasinya
Semua terbatas oleh waktu yang akan habisÂ
Semuanya terbatas sementara syahwat dan birahi mengelabuinyaÂ
Menganiaya, mendusta, memfitnah dilakukan
Mengadu domba direlakan
Benih-benih kekacauan ditebarkan
Memupuk dendam dari generasi ke generasiÂ
Mengguncangkan kekacauanÂ
Memupuskan perdamaian
Menumpahkan darahÂ
Membasahi kesedihanÂ
Semuanya mengutukÂ
Semuanya menghinaÂ
Semuanya bersumpah serapahÂ
Semuanya mendidih penuh amarahÂ
Seperti kilat petir yang muncul di atas langitÂ
Dirinya yang ambisius penuh keangkuhanÂ
Tiba-tiba dirinya tersadarkan penuh keterkejutan
Semua berakhir di dalam tanah yang gelap dan kedap udara penuh siksaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H