By Dagri Meifardo
tulisan ini dibuat di berdasarkan data akhir september 2020
Indonesia yang saat ini mengalami Pandemik dengan jumlah total kasus sampai saat ini 236.531 kasus yang terkonfirmasi yang pada tanggal 18 September 2020 bertambah sebanyak 3.891 Kasus dengan tingkat kesembuhan 72,2% yang terkonfirmasi dan total korban meninggal 3,9% dan 23,8% kasus dalam penanganan dengan tren terbanyanyak pada keseluruhan Jawa , sebagian sumatra.
Hal ini sudah barang tentu memiliki akibat terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tidak terkecuali wilayah Provinsi Bengkulu yang berdasarkan data BPS mengalami negatif inflasi atau Deflasi dengan prosentasi inflasi negatif 0,22 dan meningkatnya angka kemiskinan 15,03% serta  jumlah pengangguran terbuka mencapai 3,22 dengan Gini Rasio 0,334 dengan indeks pembangunan manusia 71,21 pada tahun 2019.
keadaan ini sebenarnya telah mengalami perbaikan dibandingkan agustus 2019 sampai dengan agustus 2020 yang tingkat angka deflasi sebesar 0,70% hal ini menunjukkan terjadinya koreksi pertumbuhan sebesar 0,47% menaik.
keadaan ini tidak lepas dari kebijakan fiskal yang diluncurkan pemerintah Pusat untuk wilayah Provinsi Bengkulu dengan total nilai keluaran sebesar Rp.1.018.826.881.000 untuk DAK FISIK yang telah disalurkan dari RKUN Rp. 928.218.108.661 atau 95,63% DAN juga Peran Dana Desa untuk meningkatkan Daya Beli Masyarakat dengan Total Pagu Dana Desa sebesar Rp. 1.085.020.660.000 yang telah disaluran oleh RKUN sebesar 95,63%, demikian halnya dengan Penylauran BLT kepada 194.074 Keluarga Penerima, dengan nilai penyaluran Rp.114.414.105.830.
Namun Demikian Kebjakan Fiskal ini masih mengalami kendala pada Pemerintah Daerah dan Desa karena apa yang telah digelontorkan oleh RKUN ke RKUD masih rendah penyerapannya oleh Pemda dalam membiayai kegiatan kegiatan yang telah dibuat, sampai saat ini penyerapan pemda baru mencapai 15, 94% dari apa yang telah digelontorkan oleh RKUN Ke RKUD yang telah mencapai 95,63% dari total Nilai Kontrak yang dibuat.Sementara dana desa yang penyalurannya telah mencapai 75,85% penyerapan RKD masih 23,25% dan masih tersisa sekitar 77% di RKD.
Hal ini menggambarkan bahwa Stimulan Fiskal terhadap Koreksi Pertumbuhan Ekonomi yang dilakukan oleh Daerah hanya dibawah angka 25% saja. Sedangkan Peran Pusat telah mencapai angka
Tinjauan Makro Ekonomi untuk Provinsi BengkuluÂ
Sedangkan secara Makro Ekonomi yang berada dalam Pertumbuhan yang cukup Optimis ada pada sektor Pertanian hal ini dapat digambar dengan indeks kesejahteran Petani yang mengalami kenaikan cukup berarti dengan NTP 114,57 dan NTUP 112,67.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan sektor pertanian tumbuh dengan baik di tengah pandemi COVID-19.sebagaimana yang disinyalir Berita Antara, "Pertanian nasional tumbuh dengan baik karena didorong dari seluruh provinsi," ujarnya saat menghadiri panen raya padi sawah di Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Babel, Jumat.
Beliau menjelaskan pertanian terutama padi merupakan benteng dan kekuatan terakhir di tengah negeri dilanda pandemi COVID-19. "Pertanian sangat menjanjikan karena semua penduduk butuh makan, butuh pangan dan gizi yang cukup," ujarnya.Ia menjelaskan, sektor pertanian tumbuh 16,4 persen berdasarkan data BPS di tengah sektor yang lainnya mengalami keterpurukan.
Sedangkan yang menjadi Penyebab terbesar terjadinya Deflasi ada pada sektor Transportasi Udara, disebabkan adanya Pembatasan yang dilakukan Oleh Pemerintah Baik Pusat maupun Daerah untuk mengerem Penyebaran COVID-19 hal ini senada dengan penjelasanWakil Ketua Umum Kadin Bidang Perhubungan, Carmelita Hartoto, dalam keterangan resmi yang diterima Beritasatu.com Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perhubungan telah melakukan rapat dengan para pelaku usaha transportasi yang berada di bawah naungannya. Dari rapat tersebut, disimpulkan dampak pandemi Covid19 ini terasa di banyak aspek pada bisnis transportasi. Dan ia juga menuturkan moda transportasi darat terdampak dari kebijakan social distancing dan physical distancing. Kebijakan yang ditindaklanjuti
dengan sosialisasi masif kepada masyarakat untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah, sekaligus penutupan lokasi wisata telah membatasi pergerakan masyarakat di luar rumah.
Sedangkan untuk Neraca Pedagangan Internasional memang mengalami kenaikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Antara Bank Indonesia menilai surplus neraca perdagangan periode Januari-Mei 2020 yang sebesar 4,31 miliar dolar AS akan memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia di tengah dinamika tekanan ekonomi global akibat pandemi COVID-19.
Surplus neraca perdagangan Indonesia dalam lima bulan terakhir ini lebih tinggi dibanding periode yang sama pada 2019 yang hanya sebesar 2,68 miliar dolar AS.
"Surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Untuk periode Mei 2020 saja, Indonesia berbalik mencetak surplus neraca perdagangan sebesar 2,09 miliar dolar AS, setelah pada April 2020 mencatat defisit 372,1 juta dolar AS.
Demikian halnnya dengan Wilayah Provinsi Bengkulu mengalami surplus meskipun angka Eksport yang mengalami penurunan hingga 32,98% Â sedangkan import mengalami kenaikan 35,07% Â hal ini disebabkan dari pembatasan dari negara negara tujuan dan turunnya pengguna moda transportasi di seluruh moda.
Namun Demikian Neraca Perdangan Provinsi Bengkulu pada Juli 2020 masih mengalami surplus 8,67 Dolla US dengan tujuan Negara terbesar pada India sebesar 2,01juta Dolla US.
Kesimpulan dan Saran
Bahwa Kebijakan Fiskal dapat menstimulasi dan mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Daerah , namun tentu peran Strategis ada Pemerintah Daerah , sekalipun Pemerintah Pusat telah meluncurkan sejumlah Dana namun bila Pemerintah Daerah lambat dalam melakukan Eksekusi atas stimulasi fiskan terebut maka hal ini tentunya akan berdampak terhadap lambatnya pertumbuha ekonomi di daerah tersebut, kendatipun di tengah Pandemik ternyata masih terdapat sektor sektor yang masih bertumbuh secara Positif untuk sektor Pertanian, demikian halnya dengan Neraca Perdagangan  meskipun terjadi penurunan Eksport dan kenaikan Import namun masih mampu bertumbuh secara surplus.
Maka Upaya membangun sinergi Pusat dan Daerah serta Entitas Entias terkait seperti BI, Lembaga Keuangan serta Penyuplai Data seperti BPS menjadi sebuah keharusan , untuk dapat memetakan sektor sektor mana yang dapat diharapkan bertumbuh secara Positif., sebagai upaya Pemulihan Ekonomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI