Beliau menjelaskan pertanian terutama padi merupakan benteng dan kekuatan terakhir di tengah negeri dilanda pandemi COVID-19. "Pertanian sangat menjanjikan karena semua penduduk butuh makan, butuh pangan dan gizi yang cukup," ujarnya.Ia menjelaskan, sektor pertanian tumbuh 16,4 persen berdasarkan data BPS di tengah sektor yang lainnya mengalami keterpurukan.
Sedangkan yang menjadi Penyebab terbesar terjadinya Deflasi ada pada sektor Transportasi Udara, disebabkan adanya Pembatasan yang dilakukan Oleh Pemerintah Baik Pusat maupun Daerah untuk mengerem Penyebaran COVID-19 hal ini senada dengan penjelasanWakil Ketua Umum Kadin Bidang Perhubungan, Carmelita Hartoto, dalam keterangan resmi yang diterima Beritasatu.com Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perhubungan telah melakukan rapat dengan para pelaku usaha transportasi yang berada di bawah naungannya. Dari rapat tersebut, disimpulkan dampak pandemi Covid19 ini terasa di banyak aspek pada bisnis transportasi. Dan ia juga menuturkan moda transportasi darat terdampak dari kebijakan social distancing dan physical distancing. Kebijakan yang ditindaklanjuti
dengan sosialisasi masif kepada masyarakat untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah, sekaligus penutupan lokasi wisata telah membatasi pergerakan masyarakat di luar rumah.
Sedangkan untuk Neraca Pedagangan Internasional memang mengalami kenaikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Antara Bank Indonesia menilai surplus neraca perdagangan periode Januari-Mei 2020 yang sebesar 4,31 miliar dolar AS akan memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia di tengah dinamika tekanan ekonomi global akibat pandemi COVID-19.
Surplus neraca perdagangan Indonesia dalam lima bulan terakhir ini lebih tinggi dibanding periode yang sama pada 2019 yang hanya sebesar 2,68 miliar dolar AS.
"Surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Untuk periode Mei 2020 saja, Indonesia berbalik mencetak surplus neraca perdagangan sebesar 2,09 miliar dolar AS, setelah pada April 2020 mencatat defisit 372,1 juta dolar AS.
Demikian halnnya dengan Wilayah Provinsi Bengkulu mengalami surplus meskipun angka Eksport yang mengalami penurunan hingga 32,98% Â sedangkan import mengalami kenaikan 35,07% Â hal ini disebabkan dari pembatasan dari negara negara tujuan dan turunnya pengguna moda transportasi di seluruh moda.
Namun Demikian Neraca Perdangan Provinsi Bengkulu pada Juli 2020 masih mengalami surplus 8,67 Dolla US dengan tujuan Negara terbesar pada India sebesar 2,01juta Dolla US.
Kesimpulan dan Saran
Bahwa Kebijakan Fiskal dapat menstimulasi dan mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Daerah , namun tentu peran Strategis ada Pemerintah Daerah , sekalipun Pemerintah Pusat telah meluncurkan sejumlah Dana namun bila Pemerintah Daerah lambat dalam melakukan Eksekusi atas stimulasi fiskan terebut maka hal ini tentunya akan berdampak terhadap lambatnya pertumbuha ekonomi di daerah tersebut, kendatipun di tengah Pandemik ternyata masih terdapat sektor sektor yang masih bertumbuh secara Positif untuk sektor Pertanian, demikian halnya dengan Neraca Perdagangan  meskipun terjadi penurunan Eksport dan kenaikan Import namun masih mampu bertumbuh secara surplus.