Mohon tunggu...
Dafin Delian
Dafin Delian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

Hanya orang yang ingin belajar untuk disebarkan kembali. Menyukai topik tentang lingkup budaya Asia Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mono no Aware: Bagaimana Sebuah Rasa Kagum dan Sedih Itu Muncul Bersamaan

7 September 2021   16:57 Diperbarui: 8 September 2021   10:06 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Genji Monogatari yang menceritakan kisah percintaan pada era Heian. Sumber: goodreads.com

Bunga sakura yang sempurna untuk menjelaskan konsep mono no aware. Sumber: unsplash.com/@yl1980s
Bunga sakura yang sempurna untuk menjelaskan konsep mono no aware. Sumber: unsplash.com/@yl1980s

Atau contoh lainnya pada manusia. Kita pernah kagum akan kecantikan atau ketampanan seseorang bukan? Kita merasa bahagia memandanginya. 

Namun, di saat yang sama kita menyadari bahwa kecantikan atau ketampanan itu akan sirna suatu hari nanti. Maka, kebahagiaan yang kita rasakan juga bersamaan muncul rasa sedih terhadap ketakkekalan sesuatu yang dikagumi.

Penjelasan tadi juga didukung oleh penjelasan dari Kodansha bahwa mono no aware adalah sebuah ungkapan yang merupakan wujud apresiasi rasa iba yang mendalam terhadap keindahan yang bersifat sementara yang terdapat di alam dan kehidupan manusia.

Oleh karena itu, mono no aware biasanya mengandung kesedihan yang dalam keadaan tertentu muncul bersamaan dengan rasa bahagia dan kagum.

Kesedihan manusia terjadi karena adanya sifat ketakkekalan hidup, segala sesuatu yang kita kagumi dan yang kita senangi, semuanya akan sirna nanti. Mono no aware adalah keindahan itu sendiri dengan memandang segala sesuatu dengan kacamata ketakkekalan hidup. 

Gambar: Dafin Delian
Gambar: Dafin Delian

Pemahaman akan mono no aware kemudian dapat membuat hidup ini terasa lebih bermakna karena kita akan lebih menghargai segala sesuatu itu akibat dari kita telah menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah tidak kekal. Kita akan lebih menghargai setiap momen kebahagiaan dan keindahan yang tercipta serta menjadi lebih peka terhadap sekitar kita karena perubahan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun