Mohon tunggu...
Dafin Delian
Dafin Delian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Lepas

Hanya orang yang ingin belajar untuk disebarkan kembali. Menyukai topik tentang lingkup budaya Asia Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mono no Aware: Bagaimana Sebuah Rasa Kagum dan Sedih Itu Muncul Bersamaan

7 September 2021   16:57 Diperbarui: 8 September 2021   10:06 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: unsplash.com/@gaspanik

Pernahkah kalian mendengar tentang mono no aware? atau baru pertama kali mendengarnya?

Istilah ini sudah ada di Jepang sejak era Heian (794 - 1185). Mono no aware adalah sebuah konsep mengenai keindahan yang bersifat sementara. Konsep ini ditemukan dan dijelaskan pertama kali oleh Motoori Norinaga (1730 - 1801). 

Motoori menemukannya pada novel berjudul Genji Monogatari (awal abad ke-11) karya Murasaki Shikibu. Sebelumnya, karena di Jepang studi mengenai tulisan klasik Tiongkok dan Buddhisme itu berkembang dalam waktu yang sangat lama, akhirnya membuat tulisan-tulisan orang Jepang sendiri menjadi "terabaikan." 

Originalitas kebudayaan Jepang sendiri menjadi kabur, kebudayaan mereka menjadi seperti Tiongkok karena ada influensi dari Dinasti Song dan Tang. Maka dari itu agar tidak terlalu jauh, ada beberapa cendikiawan Jepang yang ingin mengangkat studi tentang tulisan Jepang agar Jepang memiliki budaya otentiknya sendiri. Salah satu cendikiawan tersebut adalah Motoori Norinaga. 

Novel Genji Monogatari yang menceritakan kisah percintaan pada era Heian. Sumber: goodreads.com
Novel Genji Monogatari yang menceritakan kisah percintaan pada era Heian. Sumber: goodreads.com
Kembali lagi ke mono no aware. Frasa Mono no aware berawal dari kata ‘aware’ yang pertama kali digunakan pada era Heian dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan sebuah perasaan. 

Perasaan di sini itu perasaan yang muncul secara tiba-tiba yang tidak memerlukan penilaian terlebih dahulu apakah itu patut dikasihani atau patut diindahkan. Perasaan tersebut muncul secara tiba-tiba dari kita merasakan, melihat, dan mendengar sesuatu. Kalau kalian tidak asing dengan kata "ah" atau "oh," keduanya juga dapat dikatakan sebagai aware. 

Contohnya misal saat kalian melihat sesuatu yang menurut kalian indah, kalian akan mengatakan "ah indahnya" atau saat melihat atau merasakan sesuatu yang sedih, kalian mengatakan, "oh menyedihkan" atau "ah menyedihkan sekali." 

Sama seperti itu, aware juga digunakan pada konteks serupa dan kata itu tidak memiliki makna apa-apa pada awalnya. Kata itu hanyalah ungkapan atau ekspresi perasaan kita saat kita mengalami sesuatu.

Contoh lainnya pada Wakamurasaki dalam novel Genji Monogatari adalah:

Aware nan no chigiri nite kakaru on arisama nagara... 

Ahh, sungguh takdir kamu hidup seperti ini...

Mengutip dari penelitian Hamamoto yang berjudul Motoori Norinaga "Mono no Aware" Ron no Hatten Katten pada tahun 1963. Dalam penelitian Hamamoto, ia menunjukkan tulisan Motoori mengenai mono no aware. Motoori menjelaskan detailnya pada Shibun Yōryō (紫文要領) sebagai berikut:

世の中にありとしある事のさまざまを目に見るにつけ耳にきくにつけ、身にふるるにつけ其よろづの事を心にわきまへしる、是事の心をしる也、物の心をしる也、物の哀を知るなり

Karena menggunakan istilah bahasa Jepang lama, kira-kira terjemahannya seperti ini:

“Ada berbagai macam hal di dunia ini, setiap kali melihat, mendengar sesuatu, tubuhmu bergetar (merasakan sensasi), mengerti pikiran/perasaan suatu hal, mengerti pikiran/perasaan suatu benda, (dari hal tersebut) dapat mengerti mono no aware.”

Secara sederhana, jika diri kita merasakan sesuatu dengan mendalam sampai pada titik kita memahaminya, maka itu bisa disebut sebagai mono no aware. Tidak peduli apakah itu perasaan senang ataupun sedih.

Mono no aware ini sifatnya subjektif tergantung siapa yang memahaminya. Bisa saja kalian yakin bahwa itu adalah mono no aware, tapi teman kalian tidak menganggap itu sebagai mono no aware. Jadi tergantung siapa yang memahaminya dan sedalam apa memahaminya.

Setelah penjelasan pertama yang datang dari Motoori Norinaga, kemudian untuk penjelasan yang kedua adalah pengertian mono no aware yang sudah banyak tersebar di internet ataupun jurnal-jurnal ilmiah yaitu 'the pathos of thingsatau kalau boleh diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi 'kesedihan benda-benda.'

Pengertian tersebut berasal dari susunan dua kanjinya yaitu 「物」mono dan 「哀れ」aware. Kata mono sendiri berarti 'benda' atau yang dimaksud adalah segala sesuatu yang memiliki wujud. Kemudian kata aware memiliki arti 'kesedihan dan duka.' 

Dari kedua kata tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa mono no aware adalah konsep yang merujuk kepada kesedihan terhadap benda-benda. 

Namun, kesedihan yang dirasakan ini bukan hanya sekedar menangis tetapi perasaan mendalam seseorang dari tindakan menyadari bahwa segala sesuatu yang membuat kesedihan itu sifatnya adalah sementara. Lebih jauh, kita perlu masuk ke dalam pembahasan mengenai 'yang bersifat sementara ini.' 

Langsung saja ke contohnya, pertama saya akan mengenalkan soal pohon sakura. Pohon sakura apabila bunganya mekar akan menghasilkan pemandangan yang indah bukan? 

Keindahan bunga sakura ini tidak bertahan lama, hanya sekitar seminggu setelah ia mekar, bunga itu akan berguguran dan sayangnya harus menunggu dalam waktu yang sangat lama untuk bunga itu kembali mekar. 

Nah, kita menyadari bahwa keindahan bunga sakura itu tidak bertahan selamanya dan kita memahami hal tersebut, hati kita tiba-tiba bersedih. Hal itulah yang dinamakan, mono no aware

Karena keindahan yang bersifat sementara itulah, kita akhirnya benar-benar mengapresiasinya dan tidak ingin kehilangan momen tersebut. Maka tidak heran orang Jepang sangat antusias untuk hanami (kegiatan bersantai menikmati bunga Sakura).

Bunga sakura yang sempurna untuk menjelaskan konsep mono no aware. Sumber: unsplash.com/@yl1980s
Bunga sakura yang sempurna untuk menjelaskan konsep mono no aware. Sumber: unsplash.com/@yl1980s

Atau contoh lainnya pada manusia. Kita pernah kagum akan kecantikan atau ketampanan seseorang bukan? Kita merasa bahagia memandanginya. 

Namun, di saat yang sama kita menyadari bahwa kecantikan atau ketampanan itu akan sirna suatu hari nanti. Maka, kebahagiaan yang kita rasakan juga bersamaan muncul rasa sedih terhadap ketakkekalan sesuatu yang dikagumi.

Penjelasan tadi juga didukung oleh penjelasan dari Kodansha bahwa mono no aware adalah sebuah ungkapan yang merupakan wujud apresiasi rasa iba yang mendalam terhadap keindahan yang bersifat sementara yang terdapat di alam dan kehidupan manusia.

Oleh karena itu, mono no aware biasanya mengandung kesedihan yang dalam keadaan tertentu muncul bersamaan dengan rasa bahagia dan kagum.

Kesedihan manusia terjadi karena adanya sifat ketakkekalan hidup, segala sesuatu yang kita kagumi dan yang kita senangi, semuanya akan sirna nanti. Mono no aware adalah keindahan itu sendiri dengan memandang segala sesuatu dengan kacamata ketakkekalan hidup. 

Gambar: Dafin Delian
Gambar: Dafin Delian

Pemahaman akan mono no aware kemudian dapat membuat hidup ini terasa lebih bermakna karena kita akan lebih menghargai segala sesuatu itu akibat dari kita telah menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah tidak kekal. Kita akan lebih menghargai setiap momen kebahagiaan dan keindahan yang tercipta serta menjadi lebih peka terhadap sekitar kita karena perubahan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun