Ketika Karen tiba-tiba menyapa di aplikasi berkirim pesan, terus terang saja aku terkejut. Ingatan seketika melayang pada masa itu. Dia yang duduk di depan sana, dan aku yang memilih duduk dipojokan. Wajahnya, senyumnya, rambutnya yang panjang dicat keemasan, bibirnya, warna tasnya, gerak gerik, cara bicaranya semua masih melekat erat. Meskipun Aku tak tahu pasti seperti apa penampakan Karen saat ini.
Rasa penasaran membimbing jariku berselancar di beranda facebook bernama Karen Beauty itu. Kudapati beranda didominasi promo produk kosmetik. Ada satu dua foto yang kupastikan adalah wajah Karen, tetapi dilihat dari tanggal postingnya, foto itu diambil lima tahun ke belakang.
Perbicangan di mesengger terus berlanjut. Dari kadang-kadang menjadi lebih intens. Dari hanya sewaktu-waktu menjadi sebuah rutinitas yang tentu. Sehari tanpa mengirim pesan padanya serasa ada satu hal yang kurang. Perlahan tertanam rasa nyaman. Bercerita semakin lebih terbuka sampai kepada hal-hal yang rahasia. Tentang kebodohan masa-masa itu, dan kisah yang sempat terhenti yang sampai saat ini pun masih menjadi misteri.
“Waktu itu…ah, untuk apa pula aku ceritakan, semua sudah menjadi masa lalu”
“Tapi aku penasaran mengapa waktu itu kamu tiba tiba saja pergi.”
“Bukankah kamu yang mengabaikanku?”
Karen si pemilik bibir tipis itu, dulu menjadi rebutan banyak laki-laki. Teman sekelas sudah pasti. Semua menyukai Karen. Laki-laki dari kelas lain pun banyak yang ikut bersaing untuk mendapatkan perhatian Karen. Adik kelas, kakak kelas, bahkan alumni yang sudah menjadi mahasiswa pun ikut menjadi pengagum Karen. Belum lagi ada kabar burung yang mengatakan kalau guru pun ada yang menyukai Karen.
Lalu bagaimana dengan aku? sungguh tak tahu diri kalau aku turut menjadi kontestan dan meramaikan persaingan. Siapalah aku. Seorang remaja tanggung yang hitam, lusuh juga kerempeng.
Lama sekali chatku tak berbalas, sebelum kemudian ada tulisan mengetik di layar.
“Aku mengagumimu Dra…”
Aku mendadak tercekat. Seperti kamu hendak berteriak tetapi seketika itu kamu sadar sedang berada di tengah keramaian. Seperti itu kira-kira perasaanku. Aku kehilangan kata-kata. Seketika tubuhku merasakan dingin yang teramat sangat, selang beberapa saat, puluhan kunang-kunang beterbangan di depan mata.