Mohon tunggu...
DAFFANY AGNESIASUKMAWARDANI
DAFFANY AGNESIASUKMAWARDANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Suara Bising Penyebab Kebanyakan Orang Mengalami Stres

2 Juni 2021   18:02 Diperbarui: 2 Juni 2021   18:07 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum kita mengetahui lebih lanjut mengenai penyebab stress karena bising, kalian perlu tau terlebih dahulu definisi dari system auditori dan bagaimana suara ini dapat di persepsikan. 

System auditori adalah cara bagaimana otak mempersepsikan bunyi yang ada atau lebih tepatnya bagaimana cara otak mempersepsikan tentang objek-objek dan kejadian melalui bunyi yang mereka timbulkan. 

Mekanisme dalam pendengaran ini diawali dari bunyi yang ditangkap daun telinga lalu masuk ke telinga dalam, ketika gendang telinga bergetar, getaran tersebut akan masuk ke tulang pendengaran lalu diteruskan ke telinga bagian dalam hingga rangsangannya dikirimkan ke otak.

Masuk kedalam topik yang akan kita bahas saat ini, Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak diinginkan, mengganggu, dan menjengkelkan. 

Menurut Burrowns dalam McCormick (1970) berpendapat bahwa dalam rangka teori informasi, bising ialah that auditory stimulus or stimuli bearing no informational relationship to the presence or cpmpletion of the immediate task. Dalam kehidupan sekarang nampaknya bising merupakan keluhan yang banyak didengar itulah sebab mengapa kebanyakan orang mengalami stres. 

Sedangkan Stres merupakan sebuah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Vincent Cornelli, dalam Jenita DT Donsu, 2017). Ada pula definisi lain, stres adalah suatu respon ketika tubuh terpapar bahaya atau ancaman, hasilnya yaitu sekumpulan perubahan fisiologis yang secara umum. Salah satu penyebab stres adalah suara bising yang disebabkan kendaraan, mesin-mesin, atau hal lainnya, seperti yang terjadi di kota-kota bahkan saat ini memasuki daerah pedesaan.

Menurut beberapa pendapat, biasanya individu  yang tinggal di situasi dengan kondisi padat dan bising cenderung mengalami sesak yang lebih dan stres. Stres ini terjadi karena suara yang masuk ke system pendengaran kita melebihi 90 desibel atau batas kapasitas. Bunyi yang membuat kita stress ini erupakan sebuah bunyi yang tidak memilikihubungan informasi dengan tugas atau aktivitas yang dilaksanakan. Tingkat kerasnya suara atau bunyi tertentu dapat menjadi ancaman. Stres yang disebabkan karena kebisingan ini memicu banyak sekali gangguan kesehatan hingga kecelakaan.

Hans Selye adalah orang yang pertama kali mendespkripsikan respon mengenai stress. Selye mengatribusikan respons stress pada aktivasi sistem korteks-adrenal pituitary-anterior. Ia menyimpulkan bahwa stressor yang mempengaruhi sirkuit-sirkuit neural menstimulasi pelepasan adrenocorticotropic hormone (ACTH) dari pituitary interior, sehingga ACTH memicu pelepasan senyawa-senyawa lainnya.

Stress karena kebisingan ini mengakibatkan berbagai dampak yang akan terjadi selanjutnya. Menurut Priyono (2014) dampak stress dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu : dampak fisiologis, dampak psikologis, dan dampak prilaku. 

Dampak fisiologis ini merupakan gangguan yang akan menyerang organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu, hal ini akan melemahkan tubuh kita. Sedangkan dampak psikologis merupakan gangguan yang menyerang kondisi mental seseorang. 

Lalu dampak perilaku ialah suatu gangguan yang terjadi pada kebiasaan atau keseharian individu tersebut. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Lepore dan Evans (1996), terdapat sedikit penelitian mengenai bagaimana stresor lingkungan yang berbeda dapat berhubungan satu sama lain. Ditemukan efek interaktif antara kepadatan dengan tekanan psikologis didaerah perkotaan dan pemukiman padat penduduk, terutama yang dimediasi oleh kerusakan hubungan secara sosial dan penurunan dukungan sosial yang dihasilkan oleh kondisi kepadatan yang tinggi. 

Menurut Bell et al (1978), semakin konstan suatu stimulus muncul, maka akan timbul proses pembiasaan berupa adaptasi dan adjustment, dalam bentuk respons yang menyebabkan kekuatan stimulus menjadi semakin melemah.

Islam memiliki solusi untuk menyikapi stress, al-qur'an memberi resep kepada kita terutama dalam menyikapi kehidupan ini, dengan meneladani sikap dan perilaku Rasulullah, sehingga kita bisa mengatasi berbagai persoalan dengan tenang. Dalam surat al- Ahzab ayat 21 dikatakan bahwa : Rasulullah merupakan teladan yang baik. Hadis riwayat Imam al-Hakim, juga menegaskan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku telah meninggalkan untukmu. 

Jika kamu berpegang teguh kepadanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selama lamanya. Yaitu kitabullah dan sunah Rasulullah". Oleh karena itu, dalam mengantisipasi dan menanggulangi perilaku stress yang menimpa kepada hamba Allah, akan selalu berpedoman pada petunjuk Rasul tanpa keluar dari garis - garis Rasul tersebut.

Referensi

Pinel, John P.J., (2009). Biopsikologi : edisi kesepuluh (Terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Abidin, Z. (2009). Ketika Stress Beraksi Islam Punya Solusi. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 3(1), 148-166. Diakses pada 29 Mei 2021 dari http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/view/120/94.

Sari, D.K., Gunawan, D., Septiani, R.P. (2018). Gambaran Coping Stress Pada Pendatang Baru Yang Tinggal Di Lingkungan Padat dan Bising Di Jakarta. Psikoislamedia Jurnal Psikologi, 3(2). Diakses pada 24 Mei 2021 dari http://103.107.187.25/index.php/Psikoislam/article/view/5619/3577.

Ratnaningtyas, T.K.,  dkk. (2021). Hubungan Kebisingan Dengan Stres Kerja Pada Pekerja di PT.X. Edu Darma Journal: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 5(1), 63-71. Diakses pada 17 Mei 2021 dari http://openjournal.wdh.ac.id/index.php/edudharma/article/view/95/87.

Penulis : Daffany Agnesia Sukmawardani


Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun