Selain itu, semiotika memungkinkan auditor untuk memeriksa konsistensi dalam pelaporan. Misalnya, jika sebuah perusahaan menyajikan tanda-tanda atau simbol-simbol tertentu dalam laporan keuangan, auditor dapat mencari tanda-tanda lain yang mendukung atau bertentangan dengan simbol-simbol tersebut. Dengan kata lain, semiotika membantu auditor untuk tidak hanya fokus pada tanda-tanda tunggal, tetapi juga melihat hubungan antar-tanda dalam konteks keseluruhan.
Penerapan semiotika dalam audit pajak melibatkan berbagai langkah yang berfokus pada interpretasi tanda-tanda dan simbol-simbol dalam laporan keuangan dan dokumen terkait. Berikut adalah beberapa cara semiotika dapat diterapkan dalam praktik audit pajak
Analisis Naratif dan Kontekstual, Auditor perlu memahami konteks di balik setiap transaksi atau laporan yang diaudit. Semiotika membantu auditor untuk melihat narasi atau cerita di balik data, termasuk mengapa suatu transaksi dilakukan dengan cara tertentu dan apa yang mungkin dimaksudkan oleh Wajib Pajak. Auditor dapat menggunakan pendekatan semiotik untuk meneliti apakah ada narasi yang mencurigakan, seperti transaksi yang tampaknya tidak sesuai dengan kondisi bisnis nyata atau praktik industri.
Penggunaan Signifier dan Signified, Auditor dapat menerapkan konsep signifier dan signified untuk memahami hubungan antara data mentah dan maknanya. Sebagai contoh, angka tertentu dalam laporan keuangan mungkin merupakan penanda (signifier) dari aset, tetapi makna di balik aset tersebut (signified) mungkin mencerminkan kebijakan akuntansi atau pajak yang agresif. Auditor perlu melihat lebih jauh untuk memahami bagaimana angka-angka tersebut dihasilkan dan apakah sesuai dengan ketentuan perpajakan.
Pencarian Ketidaksesuaian Antar Tanda, Auditor harus mencari ketidaksesuaian atau anomali antar-tanda. Misalnya, jika sebuah perusahaan melaporkan pendapatan yang sangat tinggi tetapi biaya operasional yang sangat rendah, auditor mungkin perlu mempertanyakan apakah ada tanda-tanda manipulasi dalam pelaporan keuangan tersebut. Semiotika membantu auditor untuk mencari inkonsistensi dalam hubungan antar data.
Interpretasi Tanda-Tanda Non-Verbal, Tidak semua tanda dalam audit pajak bersifat verbal atau numerik. Auditor juga perlu memperhatikan tanda-tanda non-verbal, seperti pola pelaporan, waktu pelaporan, atau struktur organisasi perusahaan. Semiotika membantu auditor untuk memahami makna di balik pola-pola ini dan menentukan apakah ada indikasi manipulasi atau ketidakpatuhan.
Evaluasi Komunikasi Visual dan Tekstual, Semiotika juga melibatkan analisis bagaimana informasi disajikan secara visual atau tekstual. Misalnya, auditor dapat meneliti bagaimana laporan pajak disusun dan apakah ada elemen visual atau tekstual yang menciptakan persepsi yang salah. Sebagai contoh, laporan yang disusun dengan cara tertentu bisa saja dirancang untuk menutupi informasi penting atau memberikan kesan yang berbeda dari kenyataan.
Audit pajak bukan sekadar proses memeriksa angka-angka dan data formal; ini adalah proses kompleks yang melibatkan interpretasi tanda-tanda yang muncul dari laporan keuangan dan dokumen perpajakan. Dengan menerapkan konsep semiotika Umberto Eco, auditor pajak dapat lebih mendalam dalam memahami makna tersembunyi di balik data dan simbol yang ada, serta mengidentifikasi potensi manipulasi atau kesalahan dalam pelaporan pajak. Semiotika memberikan alat bagi auditor untuk melihat lebih jauh dari sekadar tanda-tanda permukaan dan membantu menciptakan proses audit yang lebih efektif dan akurat.Â
Dalam proses audit, komunikasi yang efektif antara auditor dan auditee (pihak yang diaudit) sangat penting untuk memastikan kelancaran dan akurasi audit. Masing-masing pihak memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda, tetapi pada dasarnya mereka harus bekerja sama untuk mencapai hasil yang optimal. Berikut penjelasan tentang peran auditor, auditee, dan pentingnya komunikasi yang efektif dalam proses audit.