Tan Malaka menyatakan bahwa---dalam konteks perjuangan kemerdekaan modern---pan-Islamisme telah berubah menjadi simbol perlawanan terhadap kapitalisme internasional, meskipun pada mulanya istilah ini mengacu pada upaya penyebaran Islam ke seluruh dunia dengan metode perjuangan jihad. Namun demikian, Pan-Islamisme di kawasan negara kolonial, terutama di Indonesia, lebih dimaknai oleh penduduknya sebagai persaudaraan Muslim untuk perjuangan kemerdekaan melawan kekuatan imperialisme, seperti Belanda, Inggris, Prancis, dan Italia.
Namun, pada tahun 1921, sinergisitas itu pudar, di mana terjadi perpecahan antara Partai Komunis dan Sarekat Islam. Hal ini disebabkan oleh kritik yang tidak bijaksana terhadap para pemimpin Sarekat Islam, serta keputusan dari Kongres Kedua Komintern yang menyatakan harus dilakukannya perjuangan melawan pan-Islamisme. Pemerintah kolonial melalui agen-agennya di Sarekat Islam menggunakan keputusan ini untuk mempropagandakan bahwa kaum Komunis bukan hanya ingin memecah belah agama Islam, melainkan juga mereka berkehendak untuk menghancurkannya. Akibatnya, kaum Muslim di perdesaan mulai menjauhi Komunis karena merasa bahwa mereka sedang terancam kehilangan, tidak hanya dunia mereka, tetapi juga akhirat mereka.
Tan Malaka menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi dalam situasi Indonesia sangatkah berat, meskipun Partai Komunis telah berusaha memulihkan hubungan dengan Sarekat Islam. Ia mencatat bahwa banyak anggota Sarekat Islam sebenarnya telah sepakat dengan tuntutan ekonomi dari kaum Komunis, tetapi mereka tetap setia secara spiritual kepada para pemimpin agama mereka. Tan melanjutkan bahwa kepentingan "perut" mereka mungkin bersama kaum Komunis, tetapi "hati" mereka tetap bersama Sarekat Islam.
Penjelasan Tan yang sangat mendalam tentang evolusi dari konsep pan-Islamisme di dunia ini, secara historis, pan-Islamisme berarti penyebaran Islam ke seluruh dunia dengan jihad atau perang suci, seperti yang disebutkan sebelumnya, di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Namun, setelah bubarnya kekhalifahan Islam menjadi beberapa kerajaan besar, sekitar 40 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad , makna jihad di internasional pun mulai mengalami degradasi makna.Â
Pada era modern, pan-Islamisme di Timur lebih mengarah pada simbol perlawanan nasionalis melawan imperialisme daripada murni gerakan religius. Tan Malaka menegaskan bahwa di dunia Muslim, pan-Islamisme telah berubah menjadi persaudaraan perjuangan pembebasan yang melibatkan bukan hanya orang Arab, tetapi juga orang-orang Muslim di Hindustan (India), Jawa, dan seluruh wilayah jajahan Muslim. Pan-Islamisme, menurut Tan Malaka, telah berkembang menjadi perlawanan terhadap kapitalisme internasional.
Oleh karena itu, ia mengajukan pertanyaan penting kepada Komintern: Haruskah kaum Komunis mendukung pan-Islamisme dalam konteks ini, yaitu sebagai perjuangan pembebasan nasional? Pertanyaan ini, menurut Tan Malaka, sangat relevan, karena Partai Komunis di Jawa, telah menghadapi ancaman perpecahan lebih lanjut akibat propaganda pemerintah kolonial yang menggunakan isu pan-Islamisme untuk melemahkan gerakan buruh dan Komunis.
Haruskah kaum Komunis mendukung pan-Islamisme dalam konteks ini, yaitu sebagai perjuangan pembebasan nasional?
Pidato Tan Malaka kemudian diakhiri dengan pernyataan bahwa perjuangan untuk mendapatkan dukungan dari kaum Muslim yang tertindas merupakan tantangan baru bagi gerakan Komunis. Kaum Muslim tidak hanya merupakan kelompok agama an sich, tetapi juga kelompok sosial yang sangat aktif dan combative (militan) dalam perjuangan melawan imperialisme.
Oleh karena itu, kaum Komunis harus merangkul perjuangan mereka sebagai bagian dari perlawanan global melawan kapitalisme dan imperialisme. Tan Malaka menegaskan bahwa dukungan terhadap pan-Islamisme sebagai gerakan pembebasan nasional adalah langkah strategis yang penting untuk mengalahkan kapitalisme internasional.
Referensi
Riddell, John. Toward the United Front: Proceedings of the Fourth Congress of the Communist International, 1922. Disunting oleh John Riddell. Vol. 34. Leiden: Koninklijke Brill NV, 2018.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI