Sebagai langkah awal, Salahuddin menyatukan Mesir dan Suriah di bawah kekuasaan tunggal Sunni. Ia menggulingkan Dinasti Fatimiyah di Mesir, menghapuskan pemerintahan Syiah Ismailiyah, dan mengembalikan Mesir ke dalam kendali Sunni. Langkah ini tidak hanya menghilangkan salah satu pusat kekuatan rival Sunni, tetapi juga memberikan basis kekuatan yang kuat bagi perjuangannya melawan pasukan Salib.
2. Konsolidasi Kekuasaan dan Aliansi Politik
Setelah menguasai Mesir, Salahuddin memulai proses konsolidasi kekuasaan di seluruh wilayah Syam. Ia membentuk aliansi dengan berbagai penguasa lokal dan menggunakan pendekatan diplomatik untuk memenangkan dukungan mereka. Salahuddin juga memperkuat legitimasi pemerintahannya dengan menunjukkan komitmen kepada syariat Islam dan keadilan.
3. Mobilisasi Militer dengan Motivasi Religius
Salahuddin memobilisasi kekuatan militer yang besar dengan motivasi jihad untuk membebaskan Yerusalem. Ia menyadari bahwa kemenangan tidak dapat dicapai hanya dengan kekuatan fisik, tetapi juga dengan semangat jihad yang religius di antara pasukannya. Pasukannya dipersiapkan dengan baik secara fisik dan spiritual, sehingga menjadikannya pasukan yang tangguh dan termotivasi. Cara seperti ini juga pernah dilakukan oleh K. H. Hasyim Asy'ari yang akhirnya menghasilkan kemenangan bagi Indonesia.
C. Pelajaran dari Masa Salahuddin untuk Mengatasi Tantangan Fragmentasi Modern
1. Mengatasi Perpecahan dengan Memprioritaskan Persatuan
Seperti Salahuddin, umat Islam masa kini harus memprioritaskan persatuan di atas kepentingan sektarian dan regional. Perbedaan mazhab dan ideologi politik tidak boleh menjadi penghalang bagi solidaritas umat dalam menghadapi tantangan global.
2. Menggalang Aliansi Strategis
Dalam menghadapi pengaruh asing dan ancaman eksternal, umat Islam perlu belajar dari strategi Salahuddin yang mengutamakan diplomasi dan aliansi. Persatuan di antara negara-negara Muslim dapat menjadi kekuatan yang signifikan dalam melawan hegemoni global. Oleh karena itu, penulis berharap Presiden Prabowo Subianto dapat membentuk aliansi strategis yang taktis dan jitu.
3. Membentuk Kepemimpinan yang Visioner
Salah satu faktor kunci keberhasilan Salahuddin adalah visinya yang jelas dan komitmennya kepada nilai-nilai Islam. Dunia Muslim masa kini membutuhkan pemimpin-pemimpin yang mampu mengedepankan kepentingan umat dan bertindak dengan integritas.
4. Memanfaatkan Pendidikan dan Teknologi
Seperti Dinasti Abbasiyah yang pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia, umat Islam perlu kembali menjadikan pendidikan dan inovasi sebagai prioritas utama. Hal ini dapat menjadi dasar bagi pembangunan kekuatan umat dalam menghadapi tantangan modern. Â
Dengan mengambil inspirasi dari strategi Salahuddin, umat Islam dapat memulihkan kekuatan kolektifnya dan kembali memainkan peran penting di panggung global. Fragmentasi yang ada harus diubah menjadi sinergi, dan pengaruh asing harus dilawan dengan kekuatan internal yang tangguh dan berdaulat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H