Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Dinamika Gerakan Komunis di Jawa pada 1920-an dalam Pandangan Tan Malaka dan Pieter Bergsma

6 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 21 November 2024   00:06 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar SI-Merah diambil pada 1920-an di tengah masifnya pergerakan nasional (Sumber gambar: Wikimedia Commons)

Tan Malaka tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan yang disampaikan oleh Kamerad L. A., yang menurutnya memberikan kesan yang salah tentang kekuatan serikat pekerja di bawah pengaruh komunis. Kamerad L. A. menyatakan bahwa hanya serikat pekerja kereta api yang berhasil dipertahankan oleh komunis, tetapi Tan Malaka menunjukkan bahwa hampir semua serikat pekerja telah dipengaruhi oleh kaum komunis setelah kongres terakhir yang diadakan pada bulan Maret. Selain itu, SI merah (komunis) dan Partai Nasionalis Indonesia juga telah bergabung di bawah pengaruh komunis.

Meskipun ada tantangan besar dalam urusan pers komunis---seperti penangkapan, pengasingan, dan deportasi para editornya---media komunis tetap aktif dan memainkan peran penting dalam menyebarkan pandangan komunis di kalangan rakyat. Tan Malaka mengakui bahwa Suara Ra'jat, salah satu media komunis, memang dapat dikatakan masih lemah, tetapi harian Sinar Hindia telah menjadi media yang cukup efektif dalam mengedukasi kelas pekerja dan mencerminkan kehidupan mereka. Artikel-artikel yang diterbitkan oleh Sinar Hindia penuh dengan semangat komunis, termasuk kritik terhadap pemerintah dan perdebatan dengan para pemimpin nasionalis.

Tan Malaka kemudian menutup artikelnya dengan mencatat bahwa dua pemimpin komunis, Semaun dan Darsono, telah diinterogasi oleh pemerintah kolonial, yang biasanya merupakan pertanda awal sebelum kebijakan pengasingan yang diterapkan kepada mereka. Pemerintah kolonial memperingatkan mereka untuk menghentikan propaganda komunis di serikat pekerja dan menghentikan upaya radikalisasi di SI. Ini menunjukkan bahwa kaum komunis tetap teguh dalam sikap revolusionernya, meskipun dihadapkan dengan penindasan yang berat.

Artikel ini menyoroti dinamika yang kompleks dalam perkembangan gerakan komunis di Hindia Belanda. Pieter Bergsma memberikan gambaran umum tentang bagaimana gerakan komunis di Jawa telah berhasil mengonsolidasikan kekuatan mereka di Sarekat Islam dan serikat pekerja, meskipun harus menghadapi pandangan skeptis dari luar. 

Di sisi lain, Tan Malaka memberikan rincian lebih lanjut tentang tantangan yang dihadapi oleh kaum komunis di Hindia Belanda yang terus mendapatkan tekanan dari pemerintah kolonial, tetapi juga optimisme akan keberhasilan mereka dalam mengorganisasikan massa dan menerapkan taktik front persatuan dengan organisasi nasionalis. Kedua tulisan karya Bergsma dan Tan Malaka ini memperlihatkan bagaimana komunis di Hindia Belanda berupaya memperkuat posisi mereka di tengah penindasan kolonial dan kekuatan nasionalis yang bersaing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun