Tan Malaka tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan yang disampaikan oleh Kamerad L. A., yang menurutnya memberikan kesan yang salah tentang kekuatan serikat pekerja di bawah pengaruh komunis. Kamerad L. A. menyatakan bahwa hanya serikat pekerja kereta api yang berhasil dipertahankan oleh komunis, tetapi Tan Malaka menunjukkan bahwa hampir semua serikat pekerja telah dipengaruhi oleh kaum komunis setelah kongres terakhir yang diadakan pada bulan Maret. Selain itu, SI merah (komunis) dan Partai Nasionalis Indonesia juga telah bergabung di bawah pengaruh komunis.
Meskipun ada tantangan besar dalam urusan pers komunis---seperti penangkapan, pengasingan, dan deportasi para editornya---media komunis tetap aktif dan memainkan peran penting dalam menyebarkan pandangan komunis di kalangan rakyat. Tan Malaka mengakui bahwa Suara Ra'jat, salah satu media komunis, memang dapat dikatakan masih lemah, tetapi harian Sinar Hindia telah menjadi media yang cukup efektif dalam mengedukasi kelas pekerja dan mencerminkan kehidupan mereka. Artikel-artikel yang diterbitkan oleh Sinar Hindia penuh dengan semangat komunis, termasuk kritik terhadap pemerintah dan perdebatan dengan para pemimpin nasionalis.
Tan Malaka kemudian menutup artikelnya dengan mencatat bahwa dua pemimpin komunis, Semaun dan Darsono, telah diinterogasi oleh pemerintah kolonial, yang biasanya merupakan pertanda awal sebelum kebijakan pengasingan yang diterapkan kepada mereka. Pemerintah kolonial memperingatkan mereka untuk menghentikan propaganda komunis di serikat pekerja dan menghentikan upaya radikalisasi di SI. Ini menunjukkan bahwa kaum komunis tetap teguh dalam sikap revolusionernya, meskipun dihadapkan dengan penindasan yang berat.
Artikel ini menyoroti dinamika yang kompleks dalam perkembangan gerakan komunis di Hindia Belanda. Pieter Bergsma memberikan gambaran umum tentang bagaimana gerakan komunis di Jawa telah berhasil mengonsolidasikan kekuatan mereka di Sarekat Islam dan serikat pekerja, meskipun harus menghadapi pandangan skeptis dari luar.Â
Di sisi lain, Tan Malaka memberikan rincian lebih lanjut tentang tantangan yang dihadapi oleh kaum komunis di Hindia Belanda yang terus mendapatkan tekanan dari pemerintah kolonial, tetapi juga optimisme akan keberhasilan mereka dalam mengorganisasikan massa dan menerapkan taktik front persatuan dengan organisasi nasionalis. Kedua tulisan karya Bergsma dan Tan Malaka ini memperlihatkan bagaimana komunis di Hindia Belanda berupaya memperkuat posisi mereka di tengah penindasan kolonial dan kekuatan nasionalis yang bersaing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H