Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilihan Umum 1955: Landasan Awal Demokrasi Indonesia dan Krisis Konsensus Konstitusional

30 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 20 November 2024   10:54 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana TPS pada saat pemungutan suara dalam rangka Pemilihan Umum 1955 (Sumber: @anasurbaningrum via X)

Pemilihan Umum 1955 dan proses penyusunan dasar negara melalui Majelis Konstituante menjadi cermin kompleksitas politik Indonesia pada masa itu. Perbedaan ideologi yang tajam di antara partai-partai politik menyebabkan proses perumusan dasar negara berlangsung dengan perdebatan yang sangat intens. Pembubaran Majelis Konstituante oleh Presiden Sukarno pada tahun 1959 menunjukkan ketidakmampuan untuk mencapai konsensus nasional yang solid terkait dasar negara.

Koalisi Pancasila yang terbentuk di Konstituante menggambarkan keragaman ideologi politik yang ada di Indonesia, yang berusaha mencapai titik temu melalui Pancasila. Namun, heterogenitas ini juga menimbulkan tantangan dalam proses penyusunan konstitusi yang dapat diterima oleh seluruh pihak. Akhirnya, sistem politik kembali kepada UUD 1945 dengan pengaruh yang kuat dari Presiden Sukarno, dan periode Demokrasi Terpimpin pun dimulai.

Pemahaman mengenai dinamika ini menjadi penting dalam melihat perkembangan politik dan ideologi di Indonesia, terutama dalam kaitannya dengan konsep persatuan dan kesatuan yang tetap menjadi nilai utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun