Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Etika Lingkungan: Memahami Krisis Awal, Implikasi Hukum, dan Dampak Politiknya

17 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 19 November 2024   07:46 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: iStock

Pengaruh-pengaruh terhadap Kesadaran Kritis pada Masa-masa Awal Mengenai Isu Etika Lingkungan

Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring (1963) mengungkapkan bahaya penggunaan pestisida, seperti zat DDT, aldrin, dan dieldrin. Buku ini terdiri dari serangkaian esai yang awalnya diterbitkan di majalah New Yorker.

Carson menjelaskan bagaimana pestisida ini terkonsentrasi melalui rantai makanan dan berdampak negatif pada lingkungan serta kesehatan manusia. Penggunaan pestisida secara komersial, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil panen dan keuntungan, diklaim Carson dapat menyebabkan kematian makhluk hidup lainnya, serta meningkatkan risiko penyakit pada manusia. 

Buku Carson ini memicu kesadaran luas tentang potensi krisis lingkungan yang disebabkan oleh praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, dan memberikan dorongan kuat bagi gerakan perlindungan lingkungan.

Selain itu, Paul R. Ehrlich dan Anne H. Ehrlich dalam buku The Population Bomb (1968) memperingatkan bahwa pertumbuhan populasi manusia dapat mengancam kelangsungan sistem pendukung di dalam kehidupan planet. Buku ini menyoroti kekhawatiran tentang dampak populasi yang terus berkembang terhadap lingkungan dan sumber daya bumi, yang kemudian memperkuat perasaan krisis lingkungan yang sudah ada.

Pada perayaan Hari Natal tahun 1968, NASA kemudian juga merilis foto Bumi dari luar angkasa yang menampilkan planet kita yang hidup dan bersinar di ruang angkasa. Gambar ini dipublikasikan di Scientific American pada bulan September 1970 dan memberikan gambaran visual yang kuat tentang kerentanan planet kita. Melihat Bumi sebagai "kapal" yang berharga dan rentan terhadap polusi, serta penggunaan berlebihan dari kapasitasnya memperkuat kesadaran global akan pentingnya perlindungan lingkungan.

Ditambah lagi, pada tahun 1972, tim peneliti di MIT yang dipimpin oleh Donella Meadows menerbitkan studi Limits to Growth, yang merangkum kekhawatiran yang berkembang selama dekade sebelumnya. Studi ini menyoroti keterbatasan sumber daya di bumi dan kebutuhannya untuk perubahan nilai dan tujuan di tingkat individu, nasional, dan global guna mencapai keseimbangan yang rasional dan berkelanjutan.

Kemunculan Etika Lingkungan

Pada dekade 1960-an dan 1970-an, semakin banyak perhatian difokuskan pada krisis lingkungan yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi manusia dan eksploitasi sumber daya alam. Karya-karya seperti Silent Spring oleh Rachel Carson dan The Population Bomb oleh Paul dan Anne Ehrlich, serta gambar Bumi dari luar angkasa yang dipublikasikan oleh NASA, semuanya memicu kesadaran akan kerentanan planet kita dan dampak manusia terhadapnya.

Etika lingkungan mulai muncul sebagai disiplin akademik yang terpisah pada 1970-an, terinspirasi oleh kekhawatiran yang berkembang dan dorongan untuk memahami hubungan manusia dengan lingkungan secara lebih mendalam. Kemudian, tiga negara---Amerika Serikat, Australia, dan Norwegia---menjadi pelopor dalam pengembangan etika lingkungan. Di Amerika Serikat, literatur lingkungan awal, termasuk karya-karya John Muir dan Aldo Leopold, memainkan peran penting dalam mengembangkan pemikiran etis tentang alam.

Landasan Filosofis Berkembangnya Etika Lingkungan

Lynn White dalam esainya yang berjudul "The Historical Roots of Our Ecologic Crisis" (1967) mengajukan argumen bahwa dalam pemikiran Judeo-Kristen, khususnya ajaran Kristen, berkontribusi pada krisis lingkungan dengan mengajarkan bahwa manusia adalah superior terhadap semua bentuk kehidupan lainnya.

White berpendapat bahwa pandangan yang menyatakan bahwa seluruh alam diciptakan untuk kepentingan manusia, telah memberikan dasar untuk eksploitasi lingkungan tanpa batas. Ia menunjuk pada karya Bapa Gereja dan Alkitab yang mendukung pandangan anthropocentric, yakni bahwa manusia adalah satu-satunya entitas yang memiliki nilai intrinsik, sedangkan yang lainnya hanya bernilai dalam konteks kegunaannya untuk manusia. Contoh dari Alkitab yang digunakan oleh White adalah Kejadian 1:27-28, yang menggambarkan bagaimana manusia diberi wewenang untuk "memenuhi bumi dan menundukkannya," serta "memerintah" atas makhluk hidup lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun