Pusat yang baik adalah titik strategis yang dapat mempengaruhi keseluruhan pertahanan musuh. Mengambil kendali atas pusat ini sering kali memaksa musuh untuk menyerah atau mundur karena mereka tidak dapat mempertahankan posisi penting tersebut.
Dengan memecahkan gelang pertahanan, rantai pertahanan musuh akan terputus. Ini dapat menyebabkan kekacauan dan penurunan moral di kalangan pasukan musuh. Pusat yang baik adalah titik di mana dampak dari serangan akan paling besar, sehingga menyebabkan efek domino yang melemahkan pertahanan secara keseluruhan.
Penyerang harus memastikan bahwa sumber daya dan kekuatan mereka difokuskan pada titik-titik kritis ini untuk mencapai hasil maksimal. Ini termasuk mengarahkan pasukan, logistik, dan strategi untuk memastikan bahwa serangan pada pusat tersebut dapat dilakukan dengan efektif. Penyerang juga harus melakukan analisis mendalam terhadap pertahanan musuh untuk menentukan titik pusat yang paling strategis untuk diserang. Ini melibatkan pengumpulan intelijen, pemetaan kekuatan dan kelemahan musuh, serta perencanaan strategis untuk serangan. Setelah menentukan pusat yang baik, penyerang harus mengkoordinasikan serangan secara efektif untuk memastikan bahwa pusat tersebut dapat dipecahkan. Eksekusi serangan harus dilakukan dengan keterampilan dan ketepatan untuk memaksimalkan dampak terhadap pertahanan musuh.
Keenam, Memperbedakan Siasat Perang dengan Politik, yang merupakan taktik dan strategi yang digunakan untuk menghadapi dan mengalahkan musuh di medan perang. Ini mencakup segala hal yang berkaitan dengan teknik tempur, penggunaan pasukan, dan perencanaan militer. Dalam hal ini, syarat ini merupakan aspek yang terkait dengan kebijakan, ideologi, dan strategi negara dalam konteks pemerintahan dan hubungan internasional. Ini melibatkan pembuatan keputusan yang mempengaruhi nasib negara dalam skala lebih luas daripada hanya aspek militer.
Dalam sebuah negara merdeka, terdapat pemisahan yang jelas antara urusan politik dan urusan militer. Tentara seharusnya fokus pada taktik dan strategi perang, sementara masalah politik diserahkan kepada ahli politik. Misalnya, dalam perang dunia pertama, Kaiser Wilhelm II menegaskan pemisahan ini dengan mengatakan bahwa dia tidak mengenal partai politik, hanya orang Jerman. Tujuan dari siasat perang adalah untuk mencapai kemenangan dalam konflik militer, sedangkan politik berfungsi untuk menentukan arah kebijakan dan administrasi negara.
Dalam konteks masyarakat yang sedang berjuang atau ber-revolusi, ideologi politik dapat menjadi pusat motivasi dan strategi perang. Dalam kasus seperti revolusi borjuasi di Prancis atau revolusi proletariat di Rusia, ideologi politik yang dianut oleh tentara dan rakyat sangat mempengaruhi strategi dan semangat perjuangan mereka.
Bagi bangsa atau kelas yang sedang berjuang, ada integrasi yang lebih besar antara siasat perang dan ideologi politik. Dalam hal ini, ideologi tidak hanya mempengaruhi motivasi tetapi juga strategi militer. Tentara tidak hanya berjuang dengan senjata tetapi juga dengan keyakinan politik yang kuat.
Ketujuh, Tekad Mau Menang, di mana tekad untuk menang adalah syarat mutlak bagi seorang prajurit untuk berperang dengan efektif. Tanpa tekad yang kuat, prajurit mungkin akan mudah menyerah menghadapi kesulitan atau kekalahan sementara. Tekad ini memberikan dorongan dan motivasi untuk terus berjuang meskipun menghadapi situasi sulit. Seperti udara bagi paru-paru, tekad untuk menang adalah sumber kehidupan bagi seorang prajurit. Ini berarti bahwa tekad yang kuat memungkinkan seorang prajurit untuk bertahan dalam pertempuran dan mencapai kemenangan.
Salah satu petuah militer dari bangsa asing menyatakan bahwa seseorang dapat menang karena mereka pantang kalah. Di Indonesia, petuah "Satu hilang, kedua terbilang; namanya anak laki-laki" menggambarkan tekad untuk memenangkan pertempuran meskipun ada risiko kematian.
Contoh historis seperti 300 pahlawan Sparta yang mempertahankan negara mereka meskipun menghadapi musuh yang jauh lebih besar menunjukkan bagaimana tekad yang kuat dapat menginspirasi dan memungkinkan kelompok kecil untuk melakukan hal-hal luar biasa.
Tekad yang kuat meningkatkan moral dan keberanian prajurit, yang pada gilirannya memperkuat kemampuan mereka dalam pertempuran. Prajurit yang memiliki tekad untuk menang tidak hanya berfokus pada teknik tempur tetapi juga pada tujuan jangka panjang mereka. Tekad dapat mempengaruhi taktik dan strategi, karena prajurit yang bertekad akan lebih cenderung mengambil risiko dan berinovasi dalam taktik untuk mencapai kemenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H