Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

7 Syarat Kemenangan Perang a la Tan Malaka: Seni Berperang yang Tak Lekang Zaman

14 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 19 November 2024   06:00 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: Museum of Modern And Contemporary Art in Nusantara via X)

Jika musuh mengatur pertahanan dalam beberapa lapisan yang semakin kuat ke belakang, penyerang harus menyesuaikan strategi mereka dengan serangan berlapis-lapis pula. Ini melibatkan pengorganisasian pasukan dalam beberapa lapisan yang maju secara bertahap, di mana lapisan belakang harus memiliki kekuatan lebih untuk mengatasi pertahanan yang semakin kuat dari musuh. Penyerang harus terus-menerus melancarkan serangan untuk mengacaukan persiapan pertahanan musuh. Dengan melakukan serangan yang berkelanjutan, penyerang dapat menghambat musuh dalam menyelesaikan persiapan mereka dan menjaga agar pertahanan musuh tetap tidak stabil dan lemah. Penyerangan yang terus-menerus juga menghindari musuh untuk merasa aman dan nyaman dalam pertahanan mereka, sehingga mengurangi kemungkinan mereka untuk menguatkan posisi mereka secara efektif. 

Dalam kondisi menghadapi pertahanan berlapis-lapis, strategi penyerangan harus mencerminkan struktur pertahanan musuh. Misalnya, jika musuh memiliki barisan pertahanan yang kuat di barisan depan, penyerang harus memiliki pasukan yang cukup kuat di barisan depan dan juga pasukan cadangan yang kuat di barisan belakang untuk mendukung serangan. Penyerangan harus dilakukan dengan cepat dan terorganisasi untuk mengejutkan musuh, mengacaukan, dan akhirnya mengalahkan mereka. Strategi ini memanfaatkan kecepatan dan kekuatan untuk menciptakan kesulitan bagi musuh dalam merespons serangan.

Intinya, penyerang harus mampu menyesuaikan strategi mereka sesuai dengan bentuk dan kekuatan pertahanan musuh. Ini berarti mengadaptasi taktik dan formasi pasukan untuk dapat menembus berbagai jenis pertahanan yang mungkin dihadapi.

Keempat, Cara Memusatkan Tentara, yang dilakukan dengan membagi pasukan menjadi beberapa kelompok yang terpisah dan bergerak secara bergelombang. Ini berarti bahwa pasukan tidak dikerahkan secara serentak, tetapi dikerahkan dalam gelombang-gelombang terpisah yang melibatkan beberapa kelompok pasukan.

Sebagai contoh, penyerbuan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 menggunakan strategi pemusatan yang efektif. Tentara Jepang dikelompokkan menjadi tiga pasukan besar yang bergerak terpisah menuju target yang berbeda:

1) Pasukan dari Jepang melalui Malaya: Menuju Sumatera.
2) Pasukan langsung dari Jepang ke Pulau Jawa.
3) Pasukan dari Jepang melalui Kalimantan menuju Sunda Kecil dan sekitarnya.

Setiap kelompok pasukan bergerak dalam gelombang-gelombang yang berbeda, memungkinkan mereka untuk melakukan serangan secara bertahap dan terus-menerus. Misalnya, pasukan yang menuju Pulau Jawa dikelompokkan dan mendarat di beberapa lokasi di pulau tersebut, dengan masing-masing kelompok melakukan serangan bergelombang. Pendekatan gelombang ini menciptakan tekanan berkelanjutan pada musuh dan menghindari kemungkinan bahwa musuh dapat mengonsolidasi pertahanan mereka sebelum gelombang berikutnya datang.

Dengan memusatkan pasukan dalam gelombang yang terpisah, serangan menjadi lebih sulit untuk diantisipasi dan lebih efektif dalam menciptakan kesulitan bagi musuh. Strategi ini juga memungkinkan penyerang untuk mengelola dan mengarahkan kekuatan mereka dengan lebih baik dalam menghadapi pertahanan musuh.

Pemusatan tentara dengan cara ini memungkinkan pasukan untuk menerapkan tekanan pada titik-titik yang berbeda secara bersamaan, sehingga memaksa musuh untuk membagi perhatian dan sumber daya mereka dalam merespons serangan. Pemusatan tentara secara terpisah dan bergelombang harus disesuaikan dengan kondisi medan dan karakteristik pertahanan musuh. Hal ini memastikan bahwa strategi yang diterapkan sesuai dengan situasi spesifik yang dihadapi di lapangan.

Kelima, Cara Menentukan Pusat yang Baik. Pusat yang baik dalam konteks penyerangan adalah titik atau area kritis dalam rantai pertahanan musuh yang dapat mempengaruhi keseluruhan pertahanan mereka jika berhasil dipecahkan. Dalam istilah militer, ini sering disebut sebagai "gelang" dalam rantai pertahanan musuh. Gelang ini merupakan bagian penting dari pertahanan musuh yang jika dipotong atau dipecahkan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada struktur pertahanan musuh secara keseluruhan. Dengan memfokuskan serangan pada titik ini, penyerang dapat mengganggu dan melemahkan pertahanan musuh. 

Dalam Perang Dunia II, tentara Jepang menganggap Bandung sebagai salah satu gelang penting dalam pertahanan Pulau Jawa. Oleh karena itu, mereka mengarahkan serangan berlapis-lapis dari berbagai arah (dari Bantam dan Cirebon) menuju Bandung. Dengan memfokuskan serangan pada Bandung, mereka dapat memotong pertahanan Belanda dan mempercepat kemenangan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun