Ada juga, Sendja di Jakarta karya Mochtar Lubis. Novel ini menggambarkan kehidupan urban yang penuh dengan kemiskinan, korupsi, dan kemerosotan moral. Dikisahkan, dalam latar belakang masyarakat yang miskin, kelompok teman-teman yang kaya-raya bertemu dan melakukan diskusi ideologis yang dangkal, sehingga mereka mencerminkan pengabaian kenyataan sosial yang buruk di sekitar mereka.
Lubis menggunakan karya ini untuk mengkritik bagaimana kehidupan kota, yang seharusnya menjadi pusat modernitas, justru menjadi pusat dari sikap keserakahan, kemerosotan moral, dan kemiskinan. Salah satu karakter dalam novel ini mencerminkan rasa tidak percaya bahwa pada era dunia yang ber-atom (pasca-Hiroshima dan Nagasaki), yang seharusnya menjadi simbol modernitas dan kemajuan, berubah menjadi era ketidakpercayaan dan krisis mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H