Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tan Malaka: "Perang Kemerdekaan Adalah Hak, Penindasan Ekonomi Adalah Musuh"

26 November 2024   19:00 Diperbarui: 26 November 2024   19:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Belanda takut, kalau-kalau hak miliknya akan dipajaki, di-bea-i, atau diganggu oleh pemerintah bangsa Indonesia, dan takut perusahaannya akan dimogoki oleh pekerja Indonesia atau sama sekali dirampas oleh bangsa Indonesia."

Dalam kondisi seperti itu, yang dirugikan adalah rakyat Murba, lanjut Tan Malaka, di mana mereka tidak merasakan dampak positif yang maksimal dari Revolusi Nasional apabila hanya mendapatkan "kedaulatan dan kekuasaan" politik saja. Penggambarannya adalah demikian: "... seandainya kedaulatan atau kekuasaan politik dikembalikan kepada bangsa Indonesia, serta semua cabang pemerintahan dipegang oleh orang Indonesia, seperti Husein Djajadiningrat, Kolonel Abdulkadir, dan Sultan Hamid, tetapi semua kebun, pabrik, tambang, kereta, bank, dan lain-lain masih berada di tangan asing," jelas Tan Malaka. Kondisi demikian, sama saja tidak ada perubahan sama sekali bagi rakyat Murba dari kondisi pada zaman Hindia Belanda.

"Ringkasnya, kemerdekaan nasional saja, atau kemerdekaan politik saja, belum berarti apa-apa buat Murba Indonesia, yakni buruh, tani dan rakyat gembel Indonesia."

Hal inilah yang menyebabkan Belanda tidak akan pernah mau menyentuh perekonomian, sebab Belanda memberikan kedaulatan kepada Indonesia secara politik, tetapi kekuasaan perekonomian masih berada di tangannya. Namun, kondisi ini pastinya akan mengorbankan Rakyat Indonesia yang Marhaen dan Murba itu, di mana mereka tidak mendapatkan jaminan bagi hidupnya dengan mendapatkan hak politik saja dalam segi kedaulatan dan kekuasaan, tetapi mereka tidak memiliki kekuatan dalam aspek perekonomian, karena kapitalis-asing masih merajalela di Republik yang "merdeka" ini.

Penggambarannya adalah demikian: "... seandainya kedaulatan atau kekuasaan politik dikembalikan kepada bangsa Indonesia, serta semua cabang pemerintahan dipegang oleh orang Indonesia, seperti Husein Djajadiningrat, Kolonel Abdulkadir, dan Sultan Hamid, tetapi semua kebun, pabrik, tambang, kereta, bank, dan lain-lain masih berada di tangan asing," jelas Tan Malaka. Kondisi demikian ini, sama saja tak ada perubahan sama sekali bagi rakyat Murba dari kondisi pada zaman Hindia Belanda.

Dengan demikian, Tan Malaka menegaskan bahwa Revolusi Nasional Indonesia atau Perang Kemerdekaan Murba Indonesia berarti kedua-duanya, yaitu kemerdekaan politik dan kemerdekaan (jaminan) perekonomian. Revolusi Nasional seharusnya memperjuangkan tidak hanya melenyapkan penindasan politik dari imperialisme, tetapi juga melenyapkan sama sekali pemerasan perekonomian dan menjamin kehidupan Rakyat Murba-Marhaen dalam masyarakat baru yang sedang diperjuangkan.

"... kemerdekaan nasional dalam arti yang sepenuhnya, yang serentak menjamin keadaan ekonomi dan sosial."

Tan Malaka menyindir kaum revolusioner-federalis yang menganggap bahwa Revolusi kita ini hanyalah "revolusi nasional" saja. Mereka itu, menurut Tan Malaka, hanyalah mengejar kursi-kursi kekuasaan untuk diri mereka masing-masing. Mereka itu, anak-anak bangsa yang rela menyerahkan semua sumber perekonomian dengan "kelapangan dada" kepada bangsa-bangsa asing, yang jelas-jelas adalah musuh Rakyat sejak dari zaman dulu kala.

"Revolusi Indonesia ... mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. ... Perang Kemerdekaan Indonesia harus diisi dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus."

Tan Malaka menerangkan kondisi ideal yang diharapkan untuk dicapai pada saat revolusi kemerdekaan berlangsung, yaitu kekuasaan politik diraih di tangan bangsa 100%, sekaligus lebih-kurang menguasai perekonomian sebesar 60% yang berada di tangan bangsa Indonesia. Kondisi yang demikian ini, adalah "makna" sesungguhnya yang akan dinikmati juga oleh seluruh rakyat Murba dan Marhaen Indonesia.

Begitu pula, ketika wakil rakyat bangsa Indonesia dapat dipilih melalui pemilu yang umum, langsung, dan rahasia; lebih-kurang menguasai perekonomian 60% (pabrik, perkebunan, pertambangan, perangkutan, dan perbankan) di tangan rakyat Indonesia, barulah Revolusi Nasional Indonesia ini bermakna bagi rakyat Murba dan Marhaen Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun