Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kekayaan Alam Indonesia Dikuasai Asing Setelah Presiden Sukarno Dijatuhkan, Fakta Menyakitkan yang Tak Banyak Diketahui

26 November 2024   10:59 Diperbarui: 26 November 2024   10:59 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: PICRYL (Creative Commons License)

Kerangka revolusi menurut Sukarno ini penting sekali diketahui dan dipelajari oleh para pemimpin bangsa Indonesia saat ini. Tiap-tiap kerangka ini berkelindan satu sama lain, sehingga tak dapat dipisah-pisahkan. Kesemuanya adalah satu-kesatuan-bulat.

Pemikiran berupa kerangka revolusi ini kemudian akan menjadi modal mutlak teramat-amat penting bagi Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto, untuk menuntaskan amanat penderitaan rakyat Indonesia menuju cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945---masyarakat adil dan makmur.

Sesungguhnya, intisari dari pemikiran ekonomi Sukarno adalah menolak segala bentuk sistem perekonomian yang eksploitatif, yaitu perekonomian kapitalistis yang sekarang eksis dalam tatanan dunia. Sukarno sangat membenci perekonomian yang melahirkan penindasan manusia oleh manusia lainnya, juga membenci perekonomian yang menimbulkan penindasan bangsa oleh bangsa lainnya.

Selama ada Sukarno---atau setidaknya masih ada kader-kadernya yang memegang teguh dan menjalankan pemikirannya---maka ekonomi kapitalistis tidak akan mampu menembus kedaulatan Republik dan merampok kekayaan alam di wilayah Indonesia. Contoh konkretnya adalah ketika pemerintahan Sukarno jatuh akibat subversi nekolim (neokolonialisme dan imperialisme), eksploitasi Irian Barat---dengan perusahaan Freeport-nya---langsung beroperasi di Republik Indonesia.

Dengan demikian, secara eksplisit dapat terlihat bahwa ketika Sukarno tak lagi berkuasa di Republik, maka investor asing---yang rakus dan serakah---dapat dengan mudah masuk ke Indonesia dan meraup kekayaan alam demi profit-profit yang dinikmati oleh kaum mereka dari tanah air Indonesia.

Kisah bermula pada era 1959, di mana Jean Jacques Dozy, geolog dari Ekspedisi Colijn, kedatangan seorang tamu. Si tamu tersebut menanyakan Dozy tentang suatu wilayah yang berada di wilayah Timur Jauh.

"Katanya Anda pernah mengunjungi New Guinea (nama Papua saat itu) dan menemukan badan bijih (ore body) ini. Seberapa besarnya?" katanya dikutip dari buku Grasberg karya George A. Mealey.

Orang yang ditemui Dozy ini adalah Forbes K. Wilson. Forbes K. Wilson atau Wilson---pelopor pengeksploitasian Gunung Ertsberg di Irian dan Direktur eksplorasi sulfur Freeport---bertemu dan berdiskusi juga dengan Jan van Gruisen---Direktur Pelaksana East Borneo Company---dan menyatakan bahwa keduanya sepakat untuk meneliti Irian Barat di mana terdengar isu terdapat banyak tembaga di perut buminya.

Setelah melakukan penelitiannya di Irian dan mendapatkan data bahwa di sana tidak terdapat tembaga, tetapi terdapat kandungan emas yang jauh lebih banyak. Wilson yang mengetahui data tersebut sontak senang sekali, sebab ini dapat mengangkat kembali perusahaan Freeport dari keterpurukannya. Namun, satu keresahan besar timbul di antara mereka, bagaimana caranya berbicara dengan Sukarno?

Wilson sama sekali tak berani berbicara kepada Sukarno mengenai niatnya; Wilson sangat mengetahui bahwa Sukarno adalah tokoh yang berkepribadian nasionalis dan antikolonial, sehingga ia ragu-ragu dan khawatir terhadap Sukarno dan ketidaksetujuannya.

Sukarno memang seorang nasionalis, sekaligus antikolonialis dan anti-imperialis. Sukarno tidak akan pernah mau melakukan sesuatu atau mengesahkan kebijakan negara yang merugikan rakyatnya. Rakyat, negeri, dan bangsanya begitu mendalam ada di hatinya, sebagaimana ungkapannya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun