Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang Konferensi Asia-Afrika: Gema Semangat Anti-Imperialisme dari Kota Bandung

21 Mei 2024   10:30 Diperbarui: 21 Mei 2024   10:42 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima peserta Konferensi Bogor atau Konferensi Colombo (Burma, Ceylon/Sri Lanka, India, Indonesia, dan Pakistan) tersebut yang menjadi sponsor dan penggagas Konferensi Asia-Afrika, dengan Indonesia terpilih sebagai tuan rumah. Khususnya daerah Bandung dipilih sebagai tempat konferensi, dan tanggal penyelenggaraan diputuskan pada minggu terakhir bulan April 1955.

Pertemuan ini dan komitmen yang dihasilkan memainkan peran penting dalam menetapkan dasar bagi Konferensi Asia-Afrika Bandung yang akhirnya terjadi, yang kemudian dianggap sebagai tonggak sejarah dalam diplomasi dan kerjasama antara negara-negara Asia dan Afrika.

Gema Gagasan Asia-Afrika dari Bandung

Kegiatan persidangan Sidang Pembukaan Konferensi Asia-Afrika dimulai sejak subuh, dan sejak pukul 7:00 pagi, jalan-jalan di sepanjang rute dari Preanger Hotel ke kantor pos dipadati oleh rakyat yang menyambut delegasi dari berbagai negara. Antusiasme rakyat mencerminkan pentingnya acara tersebut dalam sejarah dan diplomasi.

Petugas keamanan, terdiri dari personel militer dan polisi, hadir untuk memastikan bahwa konferensi berlangsung dengan aman dan damai. Hal ini menunjukkan komitmen besar dalam menjaga keamanan acara tersebut.

Ajang yang menarik adalah ketika peserta delegasi dari berbagai negara berjalan kaki dari Homann Hotel dan Preanger Hotel ke Gedung Merdeka dengan yang dikenal sebagai "Jalan Bersejarah" atau "The Bandung Walks".

Pakaian nasional yang dikenakan oleh delegasi menambahkan warna dan keanekaragaman budaya pada acara tersebut. Pukul 8:30 pagi, delegasi tiba di Gedung Merdeka untuk menghadiri Sesi Pembukaan Konferensi Asia-Afrika. Kehadiran para delegasi yang mewakili berbagai negara menunjukkan tingginya tingkat partisipasi dan komitmen terhadap konferensi.

Seremoni dilanjutkan dengan kedatangan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta. Saat tiba di depan Gedung Merdeka, dwitunggal Bangsa disambut oleh kerumunan yang berteriak "merdeka!". Kedatangan mereka menandai momen penting dalam sejarah Indonesia dan konferensi tersebut.

Selanjutnya, lima perdana menteri dari negara-negara penggagas menyambut kedatangan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, menambahkan elemen seremonial pada acara tersebut. Pembukaan Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955 memainkan peran yang signifikan dalam mempromosikan solidaritas antara negara-negara Asia dan Afrika, serta dalam mengukuhkan posisi gerakan non-blok dalam politik global.

Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Setelah itu, Soekarno membacakan pidatonya yang berjudul "Biarkan Asia Baru dan Afrika Baru Lahir". Secara garis besar, pidato tersebut mencerminkan semangat persatuan dan keinginan untuk bekerja sama dalam upaya mempromosikan perdamaian dan kemakmuran di Asia dan Afrika.

Dalam pidato pembukanya, Presiden Soekarno menyoroti keragaman negara-negara peserta, baik dari segi budaya, agama, politik, maupun warna kulit. Namun, ia menekankan bahwa meskipun berbeda-beda, persatuan mereka berasal dari pengalaman pahit penjajahan dan tujuan bersama untuk memajukan perdamaian dunia.

Presiden Soekarno mengungkapkan juga keyakinan bahwa makmurnya Asia dan Afrika hanya dapat terwujud melalui persatuan. Ia juga menekankan bahwa keselamatan dunia secara keseluruhan bergantung pada persatuan Asia-Afrika. Presiden yang kerap disapa Bung Karno itu menyampaikan harapannya bahwa konferensi ini akan menjadi bukti bahwa Asia dan Afrika telah "dilahirkan kembali" atau mencapai pembaharuan yang positif. Ia menyuarakan aspirasi akan lahirnya "Asia Baru dan Afrika Baru."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun