Gambaran yang lebih komprehensif tentang persiapan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk Konferensi Asia-Afrika Bandung pada tahun 1955 adalah adanya inisiatif pembentukan Komite Antar Departemen dan Komite Lokal. Hal itu menunjukkan komitmen serius Indonesia dalam memastikan kelancaran acara tersebut.
Beberapa poin yang dapat diambil dari persiapan tersebut termasuk:
Pertama, Pembentukan Komite Antar Departemen, yaitu  dengan melibatkan berbagai departemen, pemerintah Indonesia menunjukkan pendekatan lintas sektoral untuk memastikan persiapan konferensi yang menyeluruh.
Kedua, Peran Komite Lokal, yaitu peran Gubernur Jawa Barat, Sanusi Hardjadinata, yang memimpin Komite Lokal dengan tugas untuk menyediakan segala kebutuhan praktis, seperti akomodasi, logistik, transportasi, keamanan, dan fasilitas lainnya untuk memastikan kenyamanan dan kelancaran konferensi.
Ketiga, Persiapan Fasilitas dan Akomodasi, yaitu menyediakan tempat seperti, Societeit Concordia dan Gedung Dana Pensiun untuk sesi konferensi, serta juga menyiapkan akomodasi untuk delegasi, wartawan, dan peserta lainnya. Â Hal itu menunjukkan perhatian terhadap detail dan kenyamanan para peserta.
Keempat, Perubahan Nama Gedung. Presiden Soekarno secara resmi mengganti nama beberapa gedung, termasuk Societeit Concordia yang menjadi Gedung Merdeka dan Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwiwarna, sebagai bagian dari penyesuaian untuk mencerminkan semangat konferensi.
Kelima, Undangan dan Respons dengan mengundang 25 Kepala Pemerintahan Asia dan Afrika serta menerima respons positif dari sebagian besar negara menunjukkan pentingnya Konferensi Asia-Afrika sebagai wadah diplomasi yang signifikan pada waktu itu.
Konferensi Asia-Afrika Bandung pada tahun 1955 tidak hanya menjadi forum dialog politik, tetapi juga melambangkan semangat solidaritas di antara negara-negara yang baru merdeka atau masih berjuang untuk kemerdekaan mereka.
Upaya Mempersiapkan Konferensi Asia-Afrika
Pemerintah Indonesia secara aktif berkomunikasi dengan 18 Negara di Benua Asia dan Afrika untuk mendapatkan pandangan mereka tentang gagasan Konferensi Asia-Afrika. Sebagian besar negara memberikan dukungan kuat, meskipun beberapa memiliki pertimbangan mengenai waktu dan peserta.
Pada 18 Agustus 1954, Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, mengirim surat untuk menunda konferensi karena kondisi dunia yang masih dalam ketidakpastian. Namun, kunjungan Perdana Menteri Indonesia ke India dan pertemuan dengan Nehru membantu meyakinkan pentingnya konferensi, dan keduanya menegaskan komitmen mereka dalam Pernyataan Bersama kedua pemimpin negara.
Selanjutnya, pada 28 September 1954, Perdana Menteri Burma, U Nu, juga menyatakan komitmennya terhadap ide konferensi tersebut. Dilanjtukan pada 28-29 Desember 1954, Perdana Menteri yang menghadiri Konferensi Colombo mengadakan pertemuan di Bogor. Peserta konferensi itu diundang oleh Perdana Menteri Indonesia. Pertemuan ini ditujukan merumuskan draf agenda, tujuan, dan negara-negara yang akan diundang dalam Konferensi Asia-Afrika.