Sejenak Putri Dyah Ayu terdiam.
“Lalu, apa kau punya usul mengenai jalan keluar itu?”
Beberapa menit suasana menjadi hening. Dua orang itu sibuk berpikir.
“Ada Kanjeng! Kanjeng Ayu bisa memberikan persyaratan yang berat kepada Lembu Sura sebelum pernikahan dilangsungkan.”
“Bagaimana?”
“Coba, minta kepada Lembu Sura agar dia membuat sebuah kolam di puncak Gunung Kelud untuk pemandian Kanjeng serta Lembu Sura setelah menikah. Tapi, kolam tersebut harus selesai dalam satu malam.”
Usulan itu diterima oleh Putri Dyah Ayu. Ia segera menyampaikan usulan itu kepada Lembu Sura. Tanpa berpikir panjang, Lembu Sura menyanggupi permintaan sang putri. Prabu Brawijaya yang tidak mengetahui maksud putrinya, hanya mengikuti apa yang sang putri inginkan. Ketika hari menjelang gelap, Ia segera beranjak menuju puncak Gunung Kelud diikuti oleh putri Dyah Ayu dan keluarga kerajaan.
Setibanya di puncak Gunung Kelud, Lembu Sura mulai menggali tanah menggunakan sepasang tanduknya. Dalam sekejap, ia telah menggali tanah dengan cukup dalam. Malam kian larut. Lembu Sura sudah tidak tampak lagi dari permukaan tanah. Putri Dyah Ayu makin panik. Ia takut Lembu Sura dapat menyelesaikan permintaannya. Ia pun mendesak ayahnya untuk menggagalkan usaha Lembu Sura.
“Ayahanda, apakah engkau tega melihat Ananda menderita seumur hidup hanya karena menikah dengan manusia berkepala Lembu ini?”
“Sebegitu tidak inginkah kau menikahinya Ananda?”
“Bahkan jika Ananda mati, itu akan jauh lebih baik. Tapi, apakah Ayahanda ingin Adinda mati?”