“Baiklah, jadi, apa yang dikau inginkan dari Raja Majapahit ini.”
“Hamba hanya menginginkan Prabu menginzinkan hamba mengikuti sayembara ini.”
“Silakan jika memang kau sanggup mengikutinya.”
Dari sebelah Prabu Brawijaya terdengar suara berbisik.
“Ayahanda, apa kau yakin mengizinkan makhluk itu mengikuti sayembara?”
“Biarlah Ananda, makhluk itu hanya akan membuang tenaganya, dan lagi, penduduk akan sedikit terhibur dengan sayembara ini.”
Penonton tertawa melihat Lembu Sura datang ke tengah lapangan. Ia hanya mendengar tawa mereka sebelah telinga dan membiarkannya pergi. Dia mengangkat Busur Kiai Garudareksa dan merentangkan busur itu dengan mudahnya. Semua gelak tawa terhenti. Tatapan mengejek mereka digantikan oleh tatapan kosong terkejut. Putri Dyah Ayu terlihat cemas. Lembu Sura beranjak menuju Gong Kiai Sekadelima. Sang putri tampak makin tegang. Ia berharap Lembu Sura gagal kali ini. Tak beda jauh dengan semula. Penonton makin terkejut tak percaya. Lembu Sura menyelesaikan sayembara hanya dengan satu kali mencoba. Sang putri sedih dan kecewa. Ia berlari ke dalam keraton seraya menangis.
“Aku tidak ingin bersuamikan seorang manusia berkepala lembu!”
Prabu Brawijaya terkulai lemas tanpa kuasa untuk melakukan apa-apa. Ia tidak ingin mengecewakan putri kesayangannya. Ia juga tak ingin martabatnya sebagai seorang raja turun hanya karena mengingkari sebuah janji. Tidak ada pilihan lain baginya. Dengan begitulah, sang putri dipaksa menerima Lembu Sura sebagai pendamping hidupnya. Dengan berat hati Prabu Brawijaya mengumumkan di hadapan masyarakat bahwa penerusnya kelak adalah Lembu Sura. Orang-orang masih tidak percaya sekaligus takjub akan kekuatan Lembu Sura.
Berita mengenai Lembu Sura yang berhasil mengikuti sayembara ramai tersebar dan menjadi topik yang paling hangat untuk diperbincangkan di seluruh Kerajaan Majapahit. Sementara di dalam keraton, Putri Dyah Ayu hanya bisa menangis meratapi apa yang baru saja ia dapatkan. Berhari-hari ia mengurung diri di dalam kamar. Ia selalu menolak makanan dan minuman yang diberikan kepadanya. Melihat keadaan tuannya yang makin memburuk, seorang inang pengasuh keluarga kerajaan mencoba memberi saran kepada sang putri.
“Ampun, Kanjeng! Jika Kenjeng Ayu tidak ingin menikah dengan Lembu Sura, sebaiknya Kanjeng Ayu segera mencari jalan keluar sebelum hari pernikahan Kanjeng tiba.”