Apa? 120 buah? Satu roti sama dengan satu drachma dan orang ini membeli 120 buah!
“Berapa harganya?” Tanya Tuan Selim, “satu drachma,” Jawabku.
Tanpa tanya, orang itu mengeluarkan........60 koin EMAS?!
Aku tak bisa mengatakan apapun mengenai hal itu. Aku tak tahu uang apa yang ada di depan mataku dan aku bahkan tak tahu berapa perbandingan koin emas mereka dengan drachma di kota ini. Namun, aku tahu bahwa koin emas hanya dipegang bangsawan dan sekarang diberikan.......pada rakyat jelata!
“Saya berharap uang tersebut sangat berguna bagi Anda, Tuan Janus,” Bahkan Si Jangkung itu mengenalku? Bukan hal biasa bagiku disapa seorang prajurit.
Orang yang seingatku bernama Abdullah itu langsung tercengang dengan jumlah roti yang dibeli, uang yang dikeluarkan, dan kata selanjutnya dari sang prajurit jangkung.
“Kalian tercengang? Baiklah, saya sengaja membeli roti ini atas perintah Komandan dengan satu alasan: membantu warga,” Tuan Selim langsung menatapku, “Komandan Amir tahu bahwa Anda seorang yatim piatu dan atas dasar tersebut, kami ingin membantu Anda dengan membeli rotinya......serta meninggalkan ini untuk Anda,” Tuan Selim menepuk pundak Tuan Abdullah lalu menunjuk sebuah amplop merah di kantong baju Tuan Abdullah, Tuan Abdullah memberikan amplop itu padaku.
Mereka lalu pergi dari tokoku dan amplop itu kubuka, beginilah isinya:
“Bismillahirahmanirahim
Ini adalah bagian dari kebijakan sang Sultan yang dirahmati Allah, Sultan Muhammad Al-Fatih sang Kaisar Rumiyah.
Dengan surat ini, Daulah Agung Utsmaniyyah mengajak kepada siapapun yang menerima surat ini agar segera mendatangi Hagia Sophia untuk mendapat pelayanan khusus pedagang dan yatim piatu.