Namun, dari awal kedatangan ‘orang-orang sabit’ sepekan lalu hingga sekarang, tak ada satupun berita kematian di tangan mereka dan malahan kabar-kabar yang masyarakat dapat sekarang selalu berisi pesan peningkatan kesejahteraan dari pembayaran hutang seperti penjelasanku tadi hingga rencana Kekaisaran Turki membangun pasar besar untuk pedagang kota ‘Islambol’ alias Konstantinopel.
Otoritasnya memang diambil alih oleh orang Islam, namun mereka tak pernah memiliki masalah dengan orang beragama lain dan apa yang terjadi setiap hari adalah perbaikan demi perbaikan dalam masyarakat. Lihat saja, dulu aku harus selalu memperhatikan dengan baik-baik setiap pergerakan orang yang melewati tokoku agar rotiku tak dicuri orang.
Kalaupun ada prajurit lewat, mayoritas mereka lewat lalu hanya untuk mengumpulkan pajak Kekaisaran. Sekarang, prajurit lewat berarti ada patroli untuk menekan jumlah pencuri dan bagiku itu hal yang baik walau pada awalnya aku tak percaya pada mereka.
Selama berdagang, aku menyadari bahwa sebagian besar pembeli rotiku pada hari ini adalah prajurit-prajurit Turki. Uniknya lagi, mereka tetap membeli walau wajahku pada awalnya sedikit menatap tajam tanda tak percaya dengan kehadiran mereka.
Aduh, aku benar-benar merasa sangat bersalah begitu kudengar percakapan dua orang prajurit Turki di depan tokoku.
“Selim, aku tak paham,” Kata salah seorang prajurit muda dengan perawakan pendek namun kekar.
“Abdullah, Komandan Amir meminta kita untuk membantu para warga,” Prajurit jangkung dan berkumis itu menepuk pundak sang prajurit muda, “Namun, apa hubungan antara mendatangi pasar ini dengan membantu warga sekitar?” Tanya Abdullah penasaran.
“Kau akan tahu maksudku, anak muda,” Ucap Selim si prajurit jangkung, “Bagaimana kalau kita membeli beberapa roti dari toko itu untuk makan siang? Kata warga sekitar, toko roti itu cukup terkenal,” Mereka berdua langsung mendatangi tokoku.
“Permisi, Pak” Tuan Selim membungkuk sebentar, ia tak mengucapkan “Assalamualaikum” begitu menyadari ada kalung salib di leherku. “Boleh saya beli 120 buah?”
120 buah
120 buah