Mohon tunggu...
Daffa Binapraja
Daffa Binapraja Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir pada 25 Februari 2000, Jakarta Utara

Seorang pemuda yang menyukai fiksi ilmiah, Alternate History, dan sejarah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Detik Maut di Delhi

14 Maret 2020   10:00 Diperbarui: 14 Maret 2020   09:59 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Maaf, kami tak bisa menyelamatkan anak Anda. Dia kehilangan terlalu banyak darah, jantungnya berhenti berdetak, dan luka bakarnya terlalu parah.” Ucap dokter itu dengan berat hati, “Kami sudah melakukan usaha sebaik mungkin, namun anak Anda sudah tak bisa hidup lagi, Pak. Paru-parunya juga sesak karena asap, maafkan kami.” Setelah itu, sang dokter menunduk dan berbalik badan dengan penuh penyesalan.

“Bagaimana dengan Aminah, Dok?”

Sang dokter berhenti sejenak sebelum akhirnya menghembus nafas, “Aminah mengalami pendarahan pada otak dan......” Sang dokter memegang kepalanya seakan ingin menangis.

“Ia tak bisa hidup lagi.” Pak Imran hanya bisa terduduk lemas dan menatap atap.

Pak Imran sudah mengenal dengan dekat siapa Aminah. Baginya, Ghulam sudah memilih orang yang tepat karena Aminah adalah orang yang tetap ceria walau memiliki masa lampau kelam serta mencintai kesederhanaan.

Kata kunci ‘kesederhanaan’ mengingatkannya pada satu hal terakhir yang menjadi alasan Ghulam menikahi Aminah.

“Nak Ghulam,” Panggil Pak Imran, anaknya langsung berjalan mendekati beliau.

“Kau tahu jika Aminah seorang yatim piatu, bukan?” Ghulam mengangguk.

“Bapak hanya bisa memberimu sebuah nasihat: Nikahilah Aminah,”

Ghulam memiringkan kepalanya, bingung dengan alasan Bapaknya memerintahkan demikian.

“Bapak ingin kau tak hanya mencintai Aminah sedari kecil. Bapak tahu kalau dahulu Aminah sering dirundung sebelum menjadi bagian dari keluarga Bu Hasanah dan Bu Hasanah sendirilah yang memberitahu Bapak demikian, Bapak ingin kau membantu Aminah mencapai kebahagiannya karena memiliki orang yang mendukung hidupnya,”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun