Mohon tunggu...
Daffa Binapraja
Daffa Binapraja Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir pada 25 Februari 2000, Jakarta Utara

Seorang pemuda yang menyukai fiksi ilmiah, Alternate History, dan sejarah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Resonansi Waktu di Belakang Masjid (Bab 1)

25 Desember 2017   22:23 Diperbarui: 25 Desember 2017   22:39 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: nearestmuseum.com

Biasanya, perjalanan dari rumah ke sekolah selalu melibatkan rute yang melewati taman perumahan. Akan tetapi, hari ini akan sangat berbeda.

Karena Aku melihatnya lagi. Portal kemarin malam.

Keingintahuanku langsung naik drastis begitu melihat sebuah, tidak, sejenis lubang hitam dengan pinggiran berwarna merah. Untunglah di dalamnya bukan lubang hitam, tetapi sebuah pemandangan. Pemandangan dalam lubang itu sangat berbeda dibandingkan dengan kemarin malam, karena panorama hari ini di portal tersebut adalah sebuah kota.

Langsung saja kuselidiki portal tersebut, "Mungkin rencanaku berubah," Tunggu, Aku sebenarnya ingin pulang, bukan? "Mungkin tidak sekarang."

Setelah pulang dan makan siang, Aku mengikuti sebuah kajian sejarah di masjid Baitul Hikmah. Kali ini, sejarah yang dibicarakan adalah hubungan diplomatis Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani.

"Saudara sekalian, perlu kita ketahui bahwasanya kemerdekaan kita juga secara tak langsung didukung oleh Kekhalifahan Turki. Ini bisa dibuktikan dengan bantuan teknisi, tentara, dan meriam dari Turki untuk Aceh dalam usahanya mengenyahkan penjajahan Portugis di tanah 'Serambi Makkah' pada 1568 M. Sudah seharusnya kita berterima kasih kepada Kesultanan Turki dalam menyebarkan Islam di Nusantara kita yang tercinta ini." Begitulah potongan dari kajian yang dibicarakan Ustadz Yahya Zulfikar tadi.

Setelah kajian, ternyata kulihat lagi portal yang sama seperti tadi siang. Dengan penasaran, kumasuki portal tersebut.

Kulihat diriku berada di Banda Aceh yang dulunya dinamai Kutaraja, ini bisa kubuktikan dari bendera Kesultanan Aceh di tiap penjuru jalannya. Namun, sama seperti sebelumnya, kudapati ada beberapa teknologi yang lebih futuristis daripada keadaan hari ini. Mobil tak beroda berseliweran di jalanan, berjalan bersama delman kuda. Gedung tinggi menjulang mencapai angkasa. 

Orang-orang berbicara dengan sejenis alat komunikasi. Kuberi tahu seperti apa bendanya; bayangkan saja Earphone konser, bedanya adalah benda ini hanya menutup salah satu telinga dan mikrofonnya lebih kecil dari Earphone konser, sepertinya menggunakan jaringan nirkabel untuk berbicara.

Jujur saja, agak sulit untuk menjelaskan semua kecanggihan di sini, mengingat ini adalah Kesultanan Aceh, Protektorat dari Turki Utsmani. Ini artinya, Aceh selalu dilindungi dan disokong Turki Utsmani. Jadi tak jauh beda dengan Istanbul yang kulihat kemarin.

"Dengarlah, saudara sekalian yang kami cintai. Aceh yang telah menjadi protektorat Turki Utsmani hari ini mendapat suatu peningkatan dalam perihal teknologi. saudara sekalian bisa menjadi saksi dari komitmen Turki Utsmani melindungi Umat Islam di setiap penjuru, dari Maroko hingga Arakan, dari Kaukasus hingga Nusantara. Hari ini, di Masjid Raya!" Pengumuman itu datang dari pelantang di dekat sebuah tiang listrik, tiang ini tidak memakai kabel dan digantikan dengan panel surya, mungkin kabelnya ada di bawah tanah, cerdik sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun