Kebijakan dunia bebas 2050 bebas emisi melalui perjanjian Paris dari tahun 2015 berdasarkan laman resmi dari un.org, memperlancar transisi dari penggunaan kendaraan dengan mesin berbahan bakar fosil (interal combustion engine) menjadi kendaraan bebas emisi diantaranya mobil listrik.
Beberapa negara maju diantaranya Inggris, negara-negara Uni Eropa, hingga Amerika Serikat minimal 2035 memberi kebijakan pelarangan penjualan ICE, dengan memperluas penjualan mobil listrik dengan kebijakan yang telah disepakati.
Bahkan berkat Tesla effect berpengaruh terhadap perubahan peta persaingan industri otomotif diantaranya korporasi terbesar di Jerman Volkswagen dengan ambisi menjadi produsen mobil listrik terbesar di dunia.
Melalui laman dari reuters.com korporasi yang juga menaungi brand premium Audi dan Porsche berupaya menghentikan produksi dan distribusi mobil bahan bakar fosil minimal tahun 2035 di Eropa, mengingat skandal dieselgate yang pernah ditimpanya.
Perkembangan industri mobil listrik juga berpengaruh terhadap industri otomotif Tiongkok sebagai pemain global industri, dari mobil berukuran micro hingga brand premium dengan segudang fitur canggih.
Berdasarkan laporan dari europe.autonews.com beberapa perusahaan mobil listrik telah memasuki benua biru terutama bagi negara Norwegia salah satunya BYD Motor melalui tiga produk yang akan dipasarkan.
Seiring perkembangan mobil listrik melampaui ekspektasi publik, lantas bagaimana dengan Jepang sebagai negara raksasa industri otomotif dunia yang terkesan diam, meskipun terlebih dahulu mengembangkan mobil listrik berbentuk Hybrid dan Fuel Cell?
Inovasi Terhambat Diujung Tanduk?
Apabila dibandingkan dengan satu-satunya korporasi otomotif asli Korea Selatan Hyundai-Kia, mereka telah mengembangkan platform yang serupa dengan Tesla dikhususkan mengembangkan mobil-mobil listrik mereka dengan harga yang terjangkau.
Diambil dari kanal YouTube Indrawan Nugroho melalui video tentang korporasi tersebut, bahwa “Hyundai telah bermetamorfosis dari perusahaan otomotif yang underrated secara perlahan-lahan menjadi pemain utama industri otomotif global”.
Benar saja, langkah Hyundai dibandingkan dengan pabrikan Jepang lainnya mereka terus berinovasi dengan mengikuti langkah dari Volkswagen terhadap industri mobil listrik, diantaranya IONIQ 5 melalui laman resminya hyundaimotorgroup.com pada tahun 2022 telah berhasil menyabet tiga gelar sekaligus, antara lain 2022 World Car of The Year, 2022 World Electric Vehicle of The Year, dan 2022 World Car Design of The Year 2022.
Sebenarnya industri Jepang pada sebelum-sebelumnya telah mengembangkan mobil listrik, namun kendaraan jenis Battery Electric Vehicle (BEV) memang samar-semar diperhatikan meskipun dengan perkembangan lebih cepat dari kendaraan jenis hidrogen (Fuel Cell).
Keterlambatan inovasi terhadap perkembangan peta industri, tidak bisa disamaratakan dengan keseluruhan korporasi-korporasi Jepang salah satunya Nissan dan Honda.
Nissan yang sebelumnya disebut spesialis mobil listrik melalui Nissan LEAF, dilansir dari laman autoexpress.co.uk dan autocar.co.uk Nissan berpartisipasi terhadap perkembangan mobil melalui 15 kendaraan listrik hingga tahun 2030 diantaranya mobil SUV Ariya, Kei car Sakura, serta merancang empat konsep mobil listrik.
Sedangkan Honda melalui laman forbes.com, Honda mengumumkan peta elektrifikasi menuju nol emisi tahun 2050 baik melalui peluncuran 30 mobil listrik hingga 2030 salah satunya dua sportcar elektrik, serta rencana investasi di Amerika Serikat dan Tiongkok sekitar 40 miliyar dollar.
Apa Kabar Toyota?
Tidak diragukan lagi bahwa Toyota merupakan salah satu pelopor pengembangan mobil listrik, meskipun bukan dalam mobil listrik berbasis baterai (BEV) melainkan kendaraan penggabungan mesin konvensional dengan motor listrik (hybrid) yang kini telah diterapkan hampir seluruh lini produk Toyota.
Melalui situs resminya global.toyota.com , Toyota sebenarnya mengambil ancang-ancang dengan rencana meluncurkan 20 lini model mobil listrik baik dari sub-brand Bz (Beyond Zero) hingga lini premium Lexus.
Toyota sendiri masih bersikap skeptis terhadap transisi mobil listrik BEV dalam pasar internasional, melalui laman cnbc.com bahwa CEO Toyota Akio Toyoda mengkritisi kebijakan penghentian kendaraan pembakaran internal (ICE) yang terkesan terburu-buru.
Mengenai sikap konservatif dari Toyota yang terkesan menghindari persaingan mayoritas perusahaan yang mengikuti cara Tesla, dapat diketahui melalui kanal YouTube Indrawan Nugroho terhadap perbandingan strategi antara Toyota dengan Tesla terdapat poin diperlukan regenerasi cara pandang inovasi Toyota terhadap disrupsi mobil listrik.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H