Indonesia terlalu santuy
Saat kawasan ASEAN dikhawatirkan virus corona yang menyebar ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, dan yang terbaru Filipina juga Vietnam, namun hal tersebut tak berlaku pada Indonesia.
Pasti kita mengira kalau mental negara 62+ dewa sekali karena dibilang kebal terhadap virus yang mematikan serta kekuatan spiritual masih dipertahankan, namun perlu kita ketahui rata-rata orang memperhatikan menu yang mereka konsumsi seperti makanan yang disajikan harus matang juga kebanyakan bahan yang biasa digunakan.
Walau belum ada kasus warga kita terjangkit virus corona, bukan berarti pemerintah tidak harus waspada demi keselamatan warga kita.
Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan secara tegas salah satunya memberi travel warning dan penghentian sementara penerbangan dari dan menuju Tiongkok bukan hanya Wuhan saja, setelah diketahui di rumah sakit kota tertentu mendapat tamu dari bandara yang baru saja sampai dengan gejala yang diduga harus dimasukan ke ruang isolasi, ada juga turis asal Tiongkok berjumlah 174 berlibur ke Sumatera Barat dengan sambutan dari gubernur, dan terutama TKA yang bekerja di proyek pertambangan Morowali, dan pembangunan KRL cepat Jakarta Bandung siapa tahu ada juga yang terjangkit.
Bukan bermaksud membandingkan hanya demi kepentingan kita, saat negeri lain seperti AS, Jepang, dan Korea langsung menarik kembali warganya berada disana saat wabah masih berlanjut, lain lagi di Indonesia dibilang terlalu santai menanggapi wabah sudah ditetapkan darurat oleh WHO padahal sebanyak 234 WNI bearda di Tiongkok terutama 12 mahasiswa yang terjebak di Wuhan sudah di lock down, sebaiknya segara dievakuasi dan tidak cukup hanya memastikan logistik selama mereka disana karena kondisi disana berbeda apalagi sekarang virus tersebut bisa ditularkan antar sesama manusia.
Hal terpenting untuk pemerintah terutama Menteri yang terkait tolong dibutuhkan tindakan yang jelas dan jangan cuma hanya alasan investasi menjadi penghalang, karena investasi yang dibutuhkan masih bisa dilakukan pada negara lain.
Lain ladang lain belalangÂ
Walaupun saya menilai pemerintah sekarang kurang dalam tindakan pada saudara kita yang berada disana, bukan berarti saya ikut menghujat bahkan menyebarkan hoax atas wabah tersebut seperti sebagian warga +62 menganggapnya sebagai azab.
Ibaratnya saya mengkritisi pemerintah dan kejulidan netizen yang maha benar tanpa adanya komparatif secara elegan.
Saya menyayangkan netizen warga +62 yang lebih julid daripada lambe turah karena baik dalam postingan maupun kolom komentar yang menganggap pemerintah lebih mementingkan investasi sehingga saudara kita sengaja ditelantarkan, dan wabah tersebut sudah menjadi azab untuk Tiongkok sendiri atas tindakan dilakukan oleh kelautan kita dan muslim Uighur, bahkan dikait-kaitkan dengan salah satu bacaan Iqra walau sebenarnya belum jelas karena Iqra diciptakan hanya sebagai media persiapan mempelajari Al-Quran dan belum ada dalil dari kiai tertentu.