mall? Pastinya identik dengan tempat nyaman yang menjual barang baru serta kebutuhan yang bagus dan bermerek.
Apa yang terbesit pertama kali dalam pikiran anda semua tentangLalu apa jadinya jika sebuah mall berlatar bangunan semi-permanen berdiri dari barang bekas serta menjual barang-barang bekas? Seperti yang dilakukan oleh seorang pria bernama Nurcholis Agi, ia merupakan pengusaha barang bekas yang terkenal di wilayah kota Depok.
Pria ini menamai tempat usahanya dengan nama “Mall Rongsok”. Berangkatdarisebuahhobiseorang mantan teknisi pria bernama Nurcholis Agi bermula suka menyukai nongkrong di tempat rongsokan, karena suka ia mulai mencari barang bekas lalu diservis dan dijual kembali, itulah yang menjadi awal mula berdirinya Mall Rongsok di Jalan Bungur Raya, Kecamatan Beji, Kota Depok.
Kegiatan mengumpulkan barang bekas ini rutin dilakukan oleh Nurcholis Agi hampir setiap hari, barang yang dikumpulkan bertambah banyak, lalu diservis dan dijual belikan.
Hal tersebut membuat Nurcholis Agi menciptakan suatu ide untuk membuka mall yang menjual khusus barang rongsok. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2006 berdirilah tempat dengan nama Agi Elektronik, tempat ini belum bernama mall rongsok karena Agi masih menganggap bahwa barang yang ia punya belum terlalu banyak dan tempat yang ditempatinya masih relatif kecil, sehingga belum bisa dibilang mall.
Setelah usahanya kian membaik dan berkembang, barulah pada tahun 2010 ia mendirikan Mall Rongsok, yang awal mula bangunannya hanya seluas 100 m persegi, kini bertambah menjadi 800 m persegi serta berlantai 3.
Setelah berdiri kurangl lebih 12 tahun, kini Mall Rongsok telah memiliki dua cabang di Cinere dan Bogor, namun tempatnya yang terletak di Cinere tutup untuk sementara waktu. Terdapat satu cabang lagi yang tidak jauh dari lokasi pusat, tepatnya berada di samping jalan tol Kukusan, Beji.
Meskipun usaha Mall Rongsok sudah berkembang dan sukses, Nurcholis tidak ingin berhenti mengembangkan usahanya. Selain Mall Rongsok, saat ini ia juga sedang menjalani usaha lain yaitu Wisata Rongsok dan Rumah Surga.
Konsep “RumahSurga" yang dimaksud adalah wujud kepedulian Nurcholis pada lingkungan sekitar, beliau berkata saat ini masih dirancang konsepnya dan dibisnisnya yang ke-29 ini akan ia bangun memakai konsep semuanya free. Ia akan membangun bisnis ini di atas sungai Ciliwung dengan lima lantai.
Mall Rongsok menyediakan ratusan bahkan ribuan barang rongsok mulai dari perabotan, elektronik, furniture hingga sepeda motor. Barang-barang itu biasa didapatkan dari berbagai macam tempat dan cara, namun Nurcholis paling sering mendapatkan barang rongsok dari mengikuti lelang barang-barang restoran dan perkantoran di Jakarta.
Ia juga sering mendapatkan barang dari orang-orang yang ingin pindah rumah yang kemudian dijual kepada Nurcholis. Bahkan ketika kunjungan tadi saya menemukan kursi bekas dari gedung MPR.
“Awal terbentuknya Mall Rongsok itu idenya sudah ada sejak tahun 1998, karena dulu saya emang hobi nongkrong di tempat rongsok. Jadi dulu saya mencari barang bekas karena saya ada kemampuan ngoprek, maka barang bekas itu saya perbaiki kemudian barulah saya jual. Uang hasil itu saya pakai untuk jajan atau makan di mall lumayan bisa sampai 100 ribuan, dan itu sering kali saya lakukan. Suatu hari saya terbesit ketika saya jajan di mall, kenapa saya tidak buat mall tapi yang dijual adalah barang bekas atau rongsok yang masih bisa digunakan, dari situlah saya berniat membuat mall rongsok yang awalnya bernama Agi elektronik.” Pungkas Nurcholis
Nurcholis saat ini sudah memiliki 20 pegawai yang bertugas menjadi tukang las, tukang servis elektronik, tukang kayu, dan beberapa bertugas melayani konsumen dan menjadi pengemudi. Untuk keperluan financial dan promosi dipegang oleh Nurcholis dan istri.
Berkat usaha uniknya ini Nurcholis sudah muncul di beberapa media berita bahkan beliau pernah di undang dalam acara talk show “Hitam Putih” yang dipandu oleh Dedy Corbuzier saat itu. Usaha yang dilakukannya cukup unik dan berdampak baik untuk lingkungan sekitar, karena menampung barang bekas dari berbagai elemen masyarakat hingga bahkan instansi dan perusahaan lalu didaur ulang atau dimanfaatkan kembali agar barang bekas tersebut menjadi berguna lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H