Mohon tunggu...
Ramadhan Daffa Satria
Ramadhan Daffa Satria Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

berfikir kreatif dan terus dinamis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa, peranmu apa?

19 Agustus 2022   01:34 Diperbarui: 19 Agustus 2022   02:07 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selamat datang kami ucapkan kepada seluruh mahasiswa baru di Indonesia yang telah berhasil menyelesaikan serangkaian agenda unik awal perkuliahan. Setelah melewati berbagai ketegangan, kecemasan dan kepesimisan menunggu hasil diterima perguruan tinggi yang diharapkan. Setelah sebelumnya juga menerima pemaparan kakak alumni yang mengadakan sidak expo kampus ke sekolah-sekolah dengan tujuan promosi perguruan tinggi. Berbagai almamater dengan warna kebanggaannya dikenakan dan dipertontonkan seakan menjadi sebuah kebanggaan. Setelah sebelumnya juga telah menerima berbagai keinginan yang datang dari dalam dan luar diri untuk menentukan masa depan dunia perkuliahan.

Selamat kami ucapkan kepada seluruh mahasiswa yang telah melewatkan berbagai macam fase dengan tingkatan adrenalin yang berbeda-beda. Selamat datang di kampus dengan berbagai slogan, keunggulan, visi dan misi yang cukup menjanjikan serta jaminan-jaminan nasib masa depan. Apresiasi kami berikan kepada kalian yang telah mengorbankan tenaga dan hartanya untuk memiliki gelar yang katanya "mewah" itu, yakni mahasiswa. Lantas apakah kemewahan itu langsung kalian dapatkan setelah mendaftar ulang dan mendapatkan NIM perkuliahan?

****

Santai saja dik!!!....

Ini hanya sedikit prolog dari kami yang ingin sekali bertemu dan berdialog dengan kalian. Walau lewat tulisan dan terkesan monolog akan tetapi ini adalah rasa cinta kaka terhadap generasi bangsa. Orang yang baik bagiku adalah orang yang mampu mengenal dirinya dan menyadarkan orang lain untuk juga mengenal dirinya. Seperti kata seorang aktivis "Aku belajar bahwa orang akan melupakan apa yang aku katakan, orang akan melupakan apa yang aku lakukan tetapi orang tidak akan pernah lupa bagaimana aku membuatnya merasa"

Maka benar saja jika seorang sufi pernah berkata "Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya".

Cara sederhana untuk mengenal diri adalah dengan menjauhkan diri dari segala bentuk kemewahan yang menutupi dan memanipulasi. Refleksi dan terus bermeditasi dengan begitu kemurnian diri seseorang dalam mengenal dirinya akan terlihat. Namun tulisan ini bukan bermaksud membahas teori sufisme, melainkan makna yang seharusnya diketahui setelah mendapatkan label mahasiswa.

Mahasiswa...

Begitu umumnya masyarakat menyebutnya bagi mereka yang menempuh pendidikan di pergutuan tinggi.  Namun sempit sekali jika subjek sekaligus objek yakni "Mahasiswa" sebatas diartikan secara harfiah saja. Lebih dari itu, mahasiswa adalah manusia yang diharapkan menjadi insan pelopor yang kontributif bagi kemajuan dan penopang keberlangsungan hidup masyarakat.

Jangan mengaku mahasiswa jika makna "mahasiswa" saja hanya diartikan sebagai orang yang berkuliah di universitas. Jangan mengaku mahasiswa jika makna "Mahasiswa" yang kalian kenal hanya sebutan-sebutan "Agen of Change, Iron Stock, Social control" saja. Ciri khas mahasiswa untuk selalu berpikir kritis, komprehensif dan keingintauan yang tinggi inilah akan membuatmu menjadi mahasiswa sejati.

Hai adiku.....

            Kembali pada arti mahasiswa itu sendiri. Kata "Mahasiswa" nampaknya sederhana, hanya ada "Maha" dan "Siswa". Namun makna filosofis dari kata "Mahasiswa" itulah yang harus kalian pahami saat ini. Makna filosofis mahasiswa yakni apabila telah mampu melakukan sebuah perubahan, suatu pembaharuan dan perbaikan di pelbagai kehidupan. Aku teringat dengan tokoh filosof zaman pertengahan bernama Rene Descartes, ia mengatakan bahwa "Rasio Manusia dapat memahami alam semesta dan melakukan perbaikan untuk kesejahteraan manusia". Maka dalam hal ini, titik tolak atau nilai ideal seorang mahasiswa dapat dikatakan sebagai mahasiswa adalah jika ia telah mampu melakukan sebuah inisiasi atau gerakan yang mampu menimbulkan perbaikan, maka ia layak disebut "MAHASISWA".

            Sekarang kita lihat realita yang ada. Mahasiswa sudah tidak lagi susah dicari. Berbeda dengan zaman pra-kemerdekaan hingga kemerdekaan. Hanya ada beberapa pemuda maupun pemudi di kota-kota besar yang bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Namun dengan kuantitasnya yang tinggi, apakah mahasiswa saat ini bertanggung jawab terhadap label nya sendiri sebagai Agen of Change, Iron stock atau Social Control? Jawabannya, TIDAK.

            "Berikan aku 10 pemuda, niscaya kan ku guncangkan dunia" begitu sang fajar merah Bung Karno berkata. Kenyataannya sungguh sangat mengenaskan, saat ini bukan mahasiswa yang mengguncangkan dunia, melainkan dunialah yang mengguncangkan mahasiswa. Mahasiswa saat ini hanya sibuk berburu gelar, mengejar ijazah dan meramu karir saja. Bukankah "Agen Of Change" bertugas untuk kepentingan umum, kepentingan seluruh rakyat Indonesia?. Mereka hanya sebatas pergi, kuliah lalu pulang kembali ke kos, malamnya mereka habiskan untuk begadang yang tidak penting, kemudian diulangi keesokan dan seterusnya.

            Mereka terbawa arus zaman, regimentasi politik, nyali dan tekad yang tak lagi berani dan memilih menghindari sesuatu yang ditakuti. Tegas sekali bung Witji pernah berkata bahwa "Jika kita menghamba pada ketakutan, kita memperpanjang barisan perbudakan".

             Bukankah seorang Mahasiswa sejati konsisten memperjuangkan cita-cita luhur bangsa ini? Bukankah bagi mereka yang mengaku sebagai pejuang sejati tegak berdiri di atas prinsip perikemanusiaan dan keadilan serta secara jujur dan berani menyampaikan kritik-kritikannya atas dasar kemajuan bangsa. Jalanan menjadi panggung untuk tampil menyuarakan apa yang selama ini menjadi keluhan batin.

            Kaka meyakini jika mahasiswa baru memiliki semangat yang tinggi, idealisme yang kuat dan renjana yang terpampang dalam pikaran dan tindakan. Namun kita harus mampu merekonstruksi ulang pemahaman kita mengenai perbedaan antara label "Mahasiswa" dengan label "Siswa". Mahasiswa kritis senantiasa berdiskusi, berjibaku dengan buku dan kopi hingga bertukar argumentasi. Berbeda dengan siswa yang semua masih disediakan dan bermain menjadi keseharian.

            Hiduplah menjadi mahasiswa sebenarnya dik. Lawan fatamorgana makna dan kepalsuan identitas sebagai seorang mahasiswa. Kenali dirimu dan buatlah pergerakan untuk pembaharuan dan perbaikan. Kepentingan masyarakat menjadi fokus utama dibanding ketamakan diri. Hiduplah di kampus dengan merdeka seutuhnya, jangan mudah percaya dengan slogan, visi-misi dan jaminan yang menjanjikan.

            Tulisan ini kaka dedikasikan untuk seluruh aktivis mahasiswa yang memilih menjadi martir dan memutuskan berada di pihak yang terus melawan.

Hidup mahasiswa!!!!!!!!...

Hidup Rakyat Indonesia!!!!!!!.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun