Ketika hari libur, siapa si yang ingin beristirahat setelah sepekan full kerja?Â
Ya, sama dengan aku. Hari minggu atau hari libur nasional aku gunakan waktu sebaik mungkin dengan istirahat di rumah atau melakukan hal produktif seperti membaca buku, olahraga, menulis, dll. Meskipun seringnya ya nonton film atau main gawai si.
Nah, berhubung libur, ibuku sering pikir bahwa memasak bersama cocok untuk dilakukan. Tidak ada yang salah sebenarnya niat dari pikiran ibuku ini. Terkadang, aku bantu jika sempat.
Masalahnya, hampir setiap libur ibu selalu minta masak atau melakukan aktivitas yang lain. Jujur, sebagai introvert yang energinya terkuras habis seminggu ini aku ingin beristirahat di kamar atau melakukan hal yang santai.
Berkali-kali aku berbicara baik-baik dengan ibu, bahwa aku ingin istirahat saat libur karena dalam sepekan juga aku punya dua pekerjaan yang sama-sama menguras tenaga dan pikiran. Terkadang juga ada meeting sampai malam.
Yah, begitulah ibu-ibu. Apa yang sudah kukatakan seolah menguap begitu saja. Aslinya aku bingung menghadapi ibuku ini.
Akhirnya, aku memutuskan untuk membantu ibu untuk membuat bakso pada pagi hari tadi. Tidak banyak, hanya daging kurang setengah kilo saja. 'Mipil bae, sesek kulkase,' begitu kata ibu. (Trans: sedikit-sedikit saja, kulkasnya(bagian freezer) tidak muat)
Sebenarnya aku pribadi juga suka masak, suka berkreasi membuat apa saja dikala ada tenaga dan waktu(serta uang). Tapi, jika diminta memasak dengan ibu aku akan capek duluan.Â
Bagaimana tidak, tipe memasak ibu adalah yang penting niat saja dulu, prepare belakangan. Jadi bagi ibu langsung eksekusi saja tanpa peduli jika ditengah memasak ada bahan yang tidak ada atau kurang. Yang membuatku capek adalah effort yang lebih untuk mengambil setiap bahan.
Kalau bahan dan alat masaknya masih dalam area dapur tidak masalah. Permasalahannya bahan dan peralatan ibu itu berpencar. Terdengar aneh ya, tapi begitulah ibuku.
Belum lagi jika ada yang kurang harus membeli dulu di warung, atau menunggu lama saat gasnya habis(untuk ini biasanya tidak terduga ya). Padahal, masakannya sederhana, tapi effortnya luar biasa.
Yang lebih mengherankan lagi teknik memasak ini, beliau lakukan lebih dari setengah hidupnya. Jadi saya tidak heran, setelah memasak ibu akan mengeluh kecapekan denganku.
Sebenarnya jika aku memasak juga biasa saja. Namun, aku lebih suka menyiapkan semua bahan dan peralatannya terlebih dahulu sebelum memulai memasak. Cara ini cukup efektif bagi aku yang mudah terkuras energinya.
Berbeda ketika aku memasak dengan cara yang dipakai oleh ibu. Setelah memasak rasanya capek sekali, padahal hasilnya biasa saja. Jadi, aku lebih menyukai segalanya dipersiapkan terlebih dahulu.
Sama seperti kehidupan, segala sesuatu yang dipersiapkan dengan matang tentu akan terasa lebih ringan. Aku juga merasakan dampaknya, seperti
Tidak perlu khawatir berlebih
Aku akui, awal 20 an ini membuatku cenderung jadi lebih sering khawatir berlebih. Bukan hanya khawatir sebenarnya, aku juga terkadang mudah lupa karena terlalu banyak hal yang kupikirkan dalam satu waktu. Makanya, untuk meminimalisir itu semua aku akan membuat perencanaan yang matang.
Agak berlebihan ya, tapi sebisa mungkin aku akan merencanakan dulu sebelum melakukan sesuatu. Jika aku merasa sepertinya rencana yang kubuat tidak akan berjalan, inilah gunanya plan kedua. Biasanya, jika bukan case terburuk dari plan awal, plan ini berisi hal-hal improvisasi jika tidak terduga.
Maksudnya bagaimana? Tentu, kita sering dihadapkan kejadian yang tidak pernah terduga sebelumnya walaupun sudah kita rencana sebaik mungkin. Jadi daripada pusing karena tidak berjalan sesuai rencana, rencana terakhir ya improvisasi saat kejadian itu terjadi.
Meminimalisir effort yang menguras
Seperti memasak dengan ibu tadi, aku memahami diriku bahwa energi yang kupunya sering cepat habis. Saat habis, aku perlu waktu sendiri untuk mengisi ulang energi tersebut sampai penuh.
Kita juga jadi tau apa saja yang harus dipersiapkan. Misal, seperti berangkat kerja. Jadi tau apa yang akan kita persiapkan sebelum berangkat kerja dan apa saja yang akan kita lakukan saat di kantor nanti.
Memudahkan evaluasi diri sendiri
Sewaktu semuanya belum terencana seperti sekarang, dan tidak berjalan baik, jujur aku bingung apa yang harus aku perbaiki dan mana yang harus ditingkatkan. Saat kuubah menjadi lebih terencana, aku jadi paham bagian mana yang kurang dan harus ditingkatkan karena saat rencana tersebut dilaksanakan ternyata kurang maksimal.
Tak dipungkiri, aku juga terkadang menjadi orang yang spontanitas. Misalnya dalam sebuah forum atau diskusi aku juga ingin berperan dan ingin merasakannya langsung. Padahal, sebelumnya tidak pernah terencana atau bahkan terpikirkan.
Kembali lagi, ini pendapat dan apa yang kurasakan selama ini. Semua orang mungkin memiliki pendapat yang berbeda-beda, jadi jika pendapatmu berbeda boleh tulis di kolom komentar. Siapa tau bisa diskusi bersama-sama.
Jika dirasa tulisan ini bermanfaat, boleh share, aku juga terkadang men-update tulisanku di blog pribadi. Kalau ada waktu luang, silahkan mampir dan singgah sebentar ya, terima kasih! Sampai berjumpa di tulisanku lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H