Malam Natal tahun ini menjadi momen sedih bagi Cecilia, yang tengah mengalami penyakit parah tanpa harapan sembuh. Dalam keputusasaannya, Cecilia merasa marah dan merasa bahwa Tuhan tidak adil.
Namun, kejutan datang dalam bentuk keajaiban. Seorang malaikat bernama Ariel muncul dan mengunjungi Cecilia. Keduanya sepakat untuk membuat perjanjian, di mana Cecilia akan menceritakan pengalaman menjadi manusia, sementara Ariel akan memberitahunya tentang surga.
Cecilia, seorang gadis cilik yang terbatas aktivitasnya karena sakit, menjalani hari-harinya dengan mengamati ornamen di kamarnya, membaca majalah sains yang dibelikan ayahnya, dan menulis di Diari Cina yang tersembunyi di bawah ranjang. Ariel, sang malaikat, datang pada pagi Natal, dan pertemanan unik mereka dimulai.
Dialog antara Cecilia dan Ariel mengungkapkan pertanyaan filosofis tentang kehidupan, seperti perbedaan antara manusia dan malaikat, misteri penciptaan, dan pertanyaan tentang surga dan Tuhan. Ariel, yang tidak memiliki pengalaman fisik seperti manusia, ingin tahu bagaimana rasanya memiliki panca indera dan pengalaman manusia lainnya.
Dialog ini membawa pemirsa pada perjalanan pemikiran yang mendalam tentang keajaiban alam semesta, kehidupan manusia, dan eksistensi Tuhan. Meskipun cerita ini berpusat pada anak kecil yang sedang sakit, ia memberikan perspektif yang memikat tentang kehidupan dan spiritualitas.
Meskipun akhir cerita bisa ditebak, penulis berhasil menyajikan perenungan yang mendalam tentang kehidupan dan keajaiban alam semesta melalui sudut pandang anak kecil yang penasaran dan malaikat yang ingin tahu. Judul asli "Through The Glass, Darkly" memberikan nuansa filosofis yang mendalam, dan dialog-dialog menggugah pemikiran memberikan nilai tambah pada cerita ini.
Kelebihan Novel ini
Cecilia adalah tokoh utama dalam karya tulis Jostein Gaarder yang berjudul Cecilia and the Angel. Novel ini menghadirkan dialog dan percakapan antara Cecilia, seorang gadis cilik yang sedang sakit, dan malaikat surga bernama Ariel. Percakapan mereka sarat dengan unsur filosofis, menjadikan novel ini menarik karena dihadirkan melalui sudut pandang anak kecil yang penuh rasa ingin tahu, serta oleh malaikat yang memiliki teman untuk berdiskusi.
Percakapan mereka, meskipun hangat dan terkadang lucu, memiliki kedalaman filosofis yang mencerdaskan. Ariel hanya muncul saat Cecilia benar-benar sendirian, menambah keunikan hubungan mereka. Novel ini juga mengajak pembaca merenungkan hakikat "peng-ada-an" dan "ke-ada-an" melalui dialog yang mengalir dan menarik, disajikan dengan bahasa yang ringan.
Cecilia, meskipun digambarkan sebagai seorang gadis remaja yang menderita sakit, tidak secara rinci dijelaskan penyakit apa yang dideritanya. Fokus cerita lebih pada percakapan antara manusia dan malaikat yang disebut oleh Gaarder sebagai "dialog bumi dan surga."
Gaarder menggambarkan Ariel sebagai malaikat dengan ciri-ciri antropomorfisme, yakni personifikasi manusia. Konsep perbedaan antara surga dan dunia dijelaskan dengan lugas, memudahkan pemahaman pembaca. Novel ini, mirip dengan Dunia Sophie karya Gaarder, menyajikan sudut filsafat kehidupan dalam bahasa yang mudah dicerna oleh pembaca awam.