Mohon tunggu...
Dafa Rachman
Dafa Rachman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Hobi bermain games dan menganalisis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembodohan Generasi Muda dan Sisi Gelap Pemilu, Gen Z Harus tahu

23 Januari 2024   16:26 Diperbarui: 23 Januari 2024   16:36 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan umum (pemilu) merupakan fondasi demokrasi di Indonesia, di mana setiap warga negara memiliki hak untuk memilih pemimpin yang akan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Namun, di balik demokrasi yang diidamkan, terdapat sisi gelap yang dapat membahayakan masa depan negara. Artikel ini membahas tentang penggiringan opini, pembodohan masyarakat, dan manipulasi ideologi yang mewarnai pemilu, khususnya terkait generasi muda.

Pembodohan generasi muda terjadi melalui penggiringan opini dan manipulasi ideologi. Media massa dan platform digital seringkali menjadi alat untuk menyebarkan informasi yang tidak objektif, memutarbalikkan fakta, atau bahkan menyajikan hoaks. Generasi muda yang belum memiliki kapasitas kritis yang matang menjadi target utama, sehingga mudah dipengaruhi oleh narasi yang dibangun oleh pihak-pihak tertentu.

Pemilih memiliki tingkat pendidikan rendah, terutama mereka yang hanya lulus sekolah dasar atau di bawahnya. Ini menimbulkan risiko besar, karena pemimpin yang terpilih nantinya haruslah memiliki pemahaman yang mendalam tentang tantangan dan perubahan zaman. Mereka harus mampu mengatasi sisi masa depan, seperti revolusi AI, globalisasi, teknologi, dan digitalisasi.

Namun, para calon pemimpin juga harus memperhatikan sisi masa lalu, termasuk kesejahteraan masyarakat, hak asasi manusia, dan sistem pendidikan yang berkualitas. Pemimpin ideal adalah mereka yang mampu menciptakan keseimbangan antara menjaga warisan budaya dan menghadapi tantangan masa depan.

Ketidakseimbangan antara sisi masa depan dan masa lalu ini menciptakan dilema. Pemimpin yang mampu mendapatkan dukungan suara memiliki peluang besar untuk memimpin, namun tidak semua dari mereka memiliki visi komprehensif yang mencakup kedua aspek tersebut.

Oleh karena itu, generasi muda perlu lebih bijak dan kritis dalam menyaring informasi, mengenali upaya pembodohan, dan memahami pentingnya memilih pemimpin yang memiliki wawasan holistik. Demokrasi bukan hanya tentang memberikan hak suara, tetapi juga tentang menjaga kualitas pemimpin untuk mewujudkan masa depan yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Masa depan Indonesia ada di tangan generasi muda, dan pemilu adalah panggung di mana mereka menentukan peran serta mereka dalam membentuk arah bangsa ini.

Biar Kita Tidak Dibodohi: Memahami Permainan Pemilu dan Kebijakan Calon Presiden

Siapa Capres yang Akan Menang?.

Menentukan pemenang dalam pemilihan presiden bukanlah perkara mudah, terutama di tengah perbedaan pandangan dan kebijakan dari setiap calon presiden (Capres). Dalam konteks pemilu, sekitar 113 juta warga Indonesia menjadi pemegang suara, di mana dominasi milenial dan generasi Z semakin terasa. Pendidikan mereka, sebagian besar, tidak jauh dari lulusan SMA, yang menandakan bahwa pendekatan untuk memenangkan voters haruslah cerdas dan taktis.Capres harus memahami bahwa untuk memenangkan pemilu, mereka tidak hanya perlu menang dalam jumlah suara, tetapi juga harus memenangkan pikiran dan hati pemilih. Ini adalah tantangan besar, mengingat adanya perbedaan pendapat di kalangan pemilih yang begitu beragam.

Memenangkan Pikiran: Analisis Visi, Misi, dan Pengaruh Kebijakan Terhadap Masa Depan. Dalam upaya memenangkan pikiran pemilih, analisis visi dan misi Capres menjadi langkah awal yang penting. Terlebih lagi, dengan mayoritas pemilih Indonesia memiliki tingkat literasi yang rendah, pesan yang disampaikan harus sederhana, lugas, dan relevan. 

Dalam konteks kebijakan ekonomi, Capres perlu mengartikulasikan rencana jangka panjang yang dapat memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia. Langkah-langkah konkret seperti peningkatan investasi, pemberdayaan sektor UKM, dan reformasi birokrasi perlu dijelaskan secara rinci. Pengaruh kebijakan ini terhadap lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi, dan distribusi kekayaan perlu ditekankan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun