Bab 9: Cemburu yang Terpendam
Kabar itu tiba-tiba menghantam Bagas seperti badai yang tak terduga. Di layar ponselnya, terpampang foto Nayla, tersenyum cerah bersama seorang pria yang tak ia kenali. Foto itu diunggah Nayla setelah pengadilan agama resmi menyatakan perceraiannya dengan mantan suaminya.Â
Bagas seharusnya merasa lega karena Nayla kini benar-benar bebas, tapi justru yang ia rasakan adalah kegelisahan yang menusuk.
Pria dalam foto itu adalah seseorang yang jelas-jelas bukan dia. Meski hubungan mereka selama ini diselimuti rahasia, Bagas tak bisa menahan rasa cemburu yang tiba-tiba membakar.Â
Bayangan Nayla bersama orang lain menghantui pikirannya. Sejak kapan Nayla dekat dengan pria itu? Mengapa Nayla mengunggah foto ini seakan ingin menunjukkan bahwa ia sudah bahagia?
Bagas memandangi foto itu berulang kali, mencoba mencari alasan untuk meredakan amarahnya. Namun, semakin lama ia menatap, semakin panas darahnya. Dalam benaknya, ada satu nama yang tiba-tiba terlintas: Gina. Wanita yang dulu pernah mencintainya namun cintanya tak pernah terbalas. Mungkin ini waktunya untuk melampiaskan rasa cemburunya.
Bab 10: Pelarian di Pelukan
Bagas menghubungi Gina. Mereka sudah lama tidak bertemu, tapi Bagas tahu bahwa Gina masih menyimpan perasaan padanya. Malam itu, Bagas memutuskan untuk bertemu dengannya di sebuah bar kecil di sudut kota.Â
Gina, dengan senyum yang penuh kerinduan, menyambut Bagas seakan tak ada waktu yang pernah berlalu di antara mereka.
Pembicaraan mereka mengalir ringan, namun di balik itu, Bagas mencari pelarian dari rasa sakit hatinya. Ia ingin membalas Nayla, meski dalam hati ia tahu, ini hanya akan memperparah segalanya. Malam itu, di bawah gemerlap lampu dan musik yang memekakkan telinga, Bagas tenggelam dalam pelukan Gina.Â