Kusmirah Sari (29) menyuguhkan dua gelas kopi susu. Dia sigap, tak lama setelah kami tiba. Saya segera duduk dan membuka laptop di sayap lokasi Wisata Agro Tobarano. Angin sejuk berhembus dari sisi barat, dari bahu Pegunungan Verbeek, Luwu Timur. Â Â
Irah, begitu ia dipanggil, bercerita kalau pengunjung kian ramai dari bulan ke bulan.
 "Sepuluh ribu," ucap Kusmirah ketika dua orang perempuan muda asal Kota Malili datang mendekat.
Wiwi Mustakim (23), salah seorang pengunjung mengaku sudah lama tahu lokasi ini dari cerita keluarga dan baru sempat datang. Wiwi dan temannya Mega Mustika hanya perlu membayar 10 ribu untuk menikmati fasilitas wisata bernuansa pemandangan bukit ini. Tidak lama setelah membayar keduanya beraksi dengan gadget di tangan.
"Mereka suka pemandangan, senang berfoto. Di rangkaian lampu gantung terutama jelang malam," kata Kusmirah alias Irah yang mengaku telah bekerja selama 8 bulan di situ sembari menunjuk lokasi dimaksud.
Mengurusi lokasi wisata itu, Irah tak sendiri. Ada Sumriani (35) warga Wasuponda yang bertugas di dapur dan Weni, asal Wawondula yang bertugas mengantar pesanan jika ada tetamu yang datang. Weni bertanggungjawab juga memeriksa fasilitas di lokasi wisata seluas tidak kurang 2 hektar itu.
Sebelumnya, menurut Irah, pengunjung bisa menginap di dalam rumah dengan membayar Rp. 500 ribu permalam tetapi belakangan ini dibatasi dan hanya boleh menginap di luar atau di halaman dengan membawa tenda.
"Jadi memang disiapkan juga untuk pengunjung yang menikmati suasana perbukitan," kata Irah. Di ingatannya, dalam seminggu ini pengunjung mencapai 50 orang.
"Tergantung cuaca juga pak," kata Weni. Semisal, pada hari Selasa kemarin, 31/7, hanya ada sepasang pengunjung dari Wasuponda karena hujan. Mereka membeli minuman instan dan snack kentang goreng. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari-hari ramai bisa sampai 20 hingga 30 orang perhari.
Selain mereka, datang juga sepasang suami istri dan dua anak kecilnya. Sang anak segera berlari begitu melihat ayun-ayunan bercat putih dari besi.