"Selama ini kami kesulitan kalau mau ke laut karena surutnya terlalu jauh dan di sini penuh lumpur," katanya Rahman (52 tahun). Rahman adalah nelayan pencari kepiting dan dia merasa bantuan IFAD ini telah meringankan beban kerjanya.
Sementara itu, Pak Haseng, (52 tahun), Kadir (45) dan Daeng Ngalle (62) mengaku bahwa bantuan sebesar 100 juta yang telah mewujud dermaga atau trekking mangrove merupakan kebutuhan nelayan.
"Nelayan juga bisa santai dan menambatkan perahunya di sini," kata Daeng Ngalle.
Selain manfaat ke lingkungan, nelayan juga bisa mencari kepiting rajungan yang sangat ekonomis. Seperti yang disampaikan Bahtiar, warga Lantebung yang membeli kepiting tangkapan nelayan setempat.
"Saat ini harga lumayan bagus. Harga antara 40ribu hingga 45 perkilo untuk rajungan. Kepiting dibawa ke perusahaan, namanya Virginia untuk dieskpor," katanya.
***
Ragam kegiatan CCDP di Kota Makassar tak hanya melulu mengurusi ikan atau kepiting, mereka juga mengurusi sampah!
Lurah Parangloe, Akbar Husain, mengaku bahwa kelompok PSDA di kelurahannya telah menghasilkan 45 ton sampah dan itu senilai 45 juta.
"Sudah berapa uang terkumpul dari penjualan sampah ini?" tanyaku ke Pak Lurah.
"Sampai kini uang hasil penjual sampah sebesar 45 juta," katanya saat ditemui di kantor pengolah sampah yang juga mendapat bantuan CCDP-IFAD.