Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengintip Eksportir Rajungan Bekerja di Gresik

31 Oktober 2017   21:08 Diperbarui: 1 November 2017   02:25 9435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat rajungan siap dikirim (foto: Kamaruddin Azis)

"Kalau universitas perannya kan dari lulusannya sudah banyak yang terlibat, pada teknologi, pada penangkapan. Contohnyanya untuk sertifikasi, untuk mini plant, tambak juga sudah ada. Paling nggak sudah membantu kami dari sisi sertifikasi," katanya.

Hengki juga berharap ada perlakuan khusus sebab selama ini perusahaannya tidak sama dengan perusahaan manufaktur. "Kami hanya packer saja sebetulnya sehingga perlu ada penyesuaian-penyesuain terutama pada UMK," imbuhnya.

"GMCP hanya packing, menjaga suhu, dari kontainer hingga di kapal. Nggak boleh dibekukan, jadi kita produk fresh, bukan frozen, maksimal 4 atau 5 derajat saja," katanya terkait proses pengolahan produk hingga penanganan dan pengiriman.

Hengki bercerita bahwa usaha tidak mudah sebab perusahaan harus memastikan pengiriman barang dengan menyiapkan kontrol suhu hingga tiba di forwarder, hingga Amerika.

"Demikian pula pembayaran, yang 50% menyusul kemudian. Jadi selama ini kita ngutangin mereka. Padahal kalau ada masalah, 100% jatuhnya di kita," sebutnya.

Suasana di ruang olah (foto: Kamaruddin Azis)
Suasana di ruang olah (foto: Kamaruddin Azis)
"Kita pernah membuang satu kontainer, gara-gara ada persepsi salah paham. Kita ke UK namun kita tidak menyertakan European Number (EU) number, kita diminta harusnya registrasi tiap kaleng, padahal kalau di Amerika cukup didaftarkan 1 kontainer dan masing-masing kode kita tempelkan saja," tambahnya.

"Karena kita baru pertama ke sana, kesalahan harusnya bukan di kita. Akhirnya barang dihancurin di sana. Nilainya 3-4 miliar," katanya tersenyum tipis.

Produk olahan GMCP dikirim ke Amerika membutuhkan waktu perjalanan sekitar 35-36 hari di luar proses pengolahan di pabrik dan gudang.

Hengki bercerita bahwa harga produk olahannya sangat tergantung pada hari-hari tertentu atau perayaan. Misalnya, harga membaik kalau memasuki hari Natal, tahun baru, maupun perayaan tahun baru China.

"Jadi pada saat tinggi kita lepas, sayangnya kontainer jarang penuh, apalagi jika ada banyak produk broken. Kalau lepas atau keluar dar bulan PO, maka kita rugi, kalau volume sedikit, ya itu tadi, karena kepiting hasil cantrang hampir semuanya tak utuh," katanya.

Usaha yang ditempuh GMCP ini didukung oleh mini plant di banyak lokasi di Nusantara. Mereka juga mempunyai pesaing yang tak kecil tetapi sejauh ini mereka mengutamakan jaminan kualitas dan proses yang sehat agar tetap diminati pasar Amerika.

"Kami selalu ingin membuktikan bahwa kami melalui proses yang baik di tingkat lapangan, jadi tidak sembarangan," katanya sambil menyebutkan sekurangnya 4 perusahaan penampung di Amerika seperti Bosch, Bay Colony.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun