Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengintip Eksportir Rajungan Bekerja di Gresik

31 Oktober 2017   21:08 Diperbarui: 1 November 2017   02:25 9435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengintip para pekerja dari kaca jendela (foto: Kamaruddin Azis)

Pernah melihat nelayan-nelayan pesisir Pantura atau penjaring kepiting rajungan (swimming crab)? Pernah terpikirkan bagaimana kepiting itu diproses dan pasarkan? Kepiting penyelam ini adalah biota mahal dan diminati pasar luar negeri. Rajungan biru (Portunus pelagicus) Indonesia adalah primadona di Eropa dan Amerika.

Jika pernah melihat merek kaleng bertuliskan Royal Banquet Meta Crab, Crab Boss, Bay Colony Crab Meat, atau Pacific Cove maka itu adalah produk kepiting rajungan yang diolah di Kota Gresik dan dipasarkan ke Amerika.

Tentang GMCP

PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP), adalah perusahaan pengekspor produk olahan kepiting rajungan yang berbasis di Gresik. GMCP adalah anak usaha Indokom Group yang berdiri sejak 1994.

"Awalnya, kita bergerak di bidang ekspor kopi dan udang, namun sekarang sudah masuk ke bisnis rajungan, khususnya rajungan biru. Kami ada dua dua pabrik pengolahan kepiting, di Purwakarta dan Gresik ini," tutur Hengki Adi saat ditemui di kantornya, (26/10). GMCP beralamat di Jl. Industri 29 A Buduran Gresik, Jawa Timur.

Meski sempat menjajaki pasar Eropa, hingga kini, langganan dekat GMCP adalah perusahaan-perusahaan penerima dari Amerika Serikat atau dengan kata lain, pasarnya ada di Negeri Paman Sam dan sebagian besar pemasoknya tersebar di seluruh Indonesia. Produk yang disebutkan sebelumnya adalah andalan GMCP.

"Jadi pemasoknya bukan hanya di Jawa, seperti Cirebon atau Indramayu tetapi juga dari timur Indonesia termasuk Papua," sebut Hengki yang juga alumni Undip Semarang ini.

"Kepiting olahan kami diminati pasar Amerika," kata Hengki sembari menunjukkan kaleng-kaleng yang sudah diberi label dan menandakan nama perusahaan dan isinya. Tersebutlah tipe Jumbo, flower hingga yang disebut 'colossal'.

"Di Amerika, kepiting rajungan biru asal Indonesia sangat diminati. Ada yang jadi crab cake, semacam produk yang dikonsumsi dengan tepung roti, gandum," katanya.

Saat rajungan siap dikirim (foto: Kamaruddin Azis)
Saat rajungan siap dikirim (foto: Kamaruddin Azis)
Menurut Hengki bisnis kepiting rajungan tujuan Amerika unik dan tidak mudah. Produk-produk 'second grade' pun tak bisa sembarangan dijual.

"Kita jual tapi hanya bisa ke Philips," katanya tentang produk lapis kedua yang khusus dijual ke perusahaan tertentu saja.

Selain berharap uji kompetensi dapat memastikan kualifikasi dan kompetensi karyawannya, Hengki mengatakan bahwa peran Pemerintah sebagai regulator termasuk universitas telah sangat membantu untuk pengembangan teknologi.

"Kalau universitas perannya kan dari lulusannya sudah banyak yang terlibat, pada teknologi, pada penangkapan. Contohnyanya untuk sertifikasi, untuk mini plant, tambak juga sudah ada. Paling nggak sudah membantu kami dari sisi sertifikasi," katanya.

Hengki juga berharap ada perlakuan khusus sebab selama ini perusahaannya tidak sama dengan perusahaan manufaktur. "Kami hanya packer saja sebetulnya sehingga perlu ada penyesuaian-penyesuain terutama pada UMK," imbuhnya.

"GMCP hanya packing, menjaga suhu, dari kontainer hingga di kapal. Nggak boleh dibekukan, jadi kita produk fresh, bukan frozen, maksimal 4 atau 5 derajat saja," katanya terkait proses pengolahan produk hingga penanganan dan pengiriman.

Hengki bercerita bahwa usaha tidak mudah sebab perusahaan harus memastikan pengiriman barang dengan menyiapkan kontrol suhu hingga tiba di forwarder, hingga Amerika.

"Demikian pula pembayaran, yang 50% menyusul kemudian. Jadi selama ini kita ngutangin mereka. Padahal kalau ada masalah, 100% jatuhnya di kita," sebutnya.

Suasana di ruang olah (foto: Kamaruddin Azis)
Suasana di ruang olah (foto: Kamaruddin Azis)
"Kita pernah membuang satu kontainer, gara-gara ada persepsi salah paham. Kita ke UK namun kita tidak menyertakan European Number (EU) number, kita diminta harusnya registrasi tiap kaleng, padahal kalau di Amerika cukup didaftarkan 1 kontainer dan masing-masing kode kita tempelkan saja," tambahnya.

"Karena kita baru pertama ke sana, kesalahan harusnya bukan di kita. Akhirnya barang dihancurin di sana. Nilainya 3-4 miliar," katanya tersenyum tipis.

Produk olahan GMCP dikirim ke Amerika membutuhkan waktu perjalanan sekitar 35-36 hari di luar proses pengolahan di pabrik dan gudang.

Hengki bercerita bahwa harga produk olahannya sangat tergantung pada hari-hari tertentu atau perayaan. Misalnya, harga membaik kalau memasuki hari Natal, tahun baru, maupun perayaan tahun baru China.

"Jadi pada saat tinggi kita lepas, sayangnya kontainer jarang penuh, apalagi jika ada banyak produk broken. Kalau lepas atau keluar dar bulan PO, maka kita rugi, kalau volume sedikit, ya itu tadi, karena kepiting hasil cantrang hampir semuanya tak utuh," katanya.

Usaha yang ditempuh GMCP ini didukung oleh mini plant di banyak lokasi di Nusantara. Mereka juga mempunyai pesaing yang tak kecil tetapi sejauh ini mereka mengutamakan jaminan kualitas dan proses yang sehat agar tetap diminati pasar Amerika.

"Kami selalu ingin membuktikan bahwa kami melalui proses yang baik di tingkat lapangan, jadi tidak sembarangan," katanya sambil menyebutkan sekurangnya 4 perusahaan penampung di Amerika seperti Bosch, Bay Colony.

GMCP juga komit pada layanan sosial melalui CSR. Relasi mutualistik antara masyarakat dan lingkungan juga tidak kecil, mereka bahkan mengalokasikan 2,5% nilai satu kontainer sebagai dana CSR.

Meski demikian, Hengki sadar betul bahwa ancaman bagi rajungan adalah jumlahnya yang kian berkurang. Intensitas penangkapan berdampak pada populasi kepiting rajungan di laut.

Statusnya sebagai komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diekspor ke ragam negara seperti Amerika dan Eropa maupun Jepang atau Hongkong membuatnya perlu mendapat perhatian untuk konservasi atau setidaknya melalui budidaya.

Saat ini volume pengiriman rajungan ke Amerika ditaksir mencapai 60% dari total produksi industri pengolahan dalam negeri. Rajungan merupakan komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah setelah udang dan ikan.

Hengki, kedua dari kiri bersama tim assessor (foto: Kamaruddin Azis)
Hengki, kedua dari kiri bersama tim assessor (foto: Kamaruddin Azis)
Komit pada kompetensi

Siang itu, Vivin (24) duduk di ruang tunggu. Dia menunggu giliran untuk di-assess oleh tim Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tepatnya LSP-KP. Vivin adalah tenaga kebersihan untuk GMCP.

Dia sudah lima tahun bekerja pada bagian sanitasi. Vivin alumni SMK 6 Surabaya.

"Saya bagian kebersihan, memastikan bahwa standar untuk kebersihan telah diterapkan," kata perempuan yang mengaku telah dilatih oleh perusahaan berkaitan prosedur kebersihan di perusahaan tersebut.

"Harapan saya dengan uji kompetensi ini, perusahaan menjadi lebih baik ke depannya," katanya. Dia adalah satu dari 160 karyawan GMCP yang akan diuji.

Pada uji kompetensi tersebut, salah satu yang diujikan adalah kemampuan untuk melakukan diversifikasi usaha, mulai dari persiapan hingga produksi.

"Kompetensinya ada 14 macam, di antaranya meliputi kemampuan menjaga kualitas bahan baku, menerapkan standar, operasi alat, produk fermentasi, proses pengalengan, dan lain sebagainya," papar Muhammad Riza dari Poltek KP Sidoarjo yang sedang menguji tiga orang karyawan GMCP.

Pada kesempatan tersebut penulis bersama Kepala Pusat Penyuluhan dan Pelatihan BRSDM KKP Mulyoto dan Asep Sunarya dari BPPP Bitung mengamati proses pengolahan, mulai dari sortir hingga proses Pasteurisasi dan packaging.

Setelah mengenakan boot, dan melewati air pembersih, kemudian mengenakan baju khusus berikut mask, melepas gelang atau jam tangan, kemudian disterilkan dengan alat serupa pengecat dinding.

Terlihat pula proses pemiliahan daging berukuran jumbo hingga jenis flower yang datang dari berbagai mini plant di Indonesia.

Di bagian sortir GMCP, dua orang perempuan bernama Apriyani dan Reni sedang sibuk memilah kepiting. Setelah itu kemudian masuk bagian pemeriksaan organoleptik. Menentukan yang mana kategori release, acceptedatau rejected.

Zulis di depan produk siap ekspor (foto: Kamaruddin Azis)
Zulis di depan produk siap ekspor (foto: Kamaruddin Azis)
Salah seorang pekerja bernama Kartika, (32) mengatakan bahwa dia sudah bekerja selama 3 tahun dan bertindak sebagai pekerja kontrak, gajinya borongan harian.

"Kemarin dapat untuk dua miggu sebesar 700ribu," kata perempuan beranak dua dan bersuamikan pekerja batako ini.

Penulis juga melihat bagian Pasteurisasi yang berlangsung hingga 2 jam 25 menit. Setelah itu melihat penyortiran kaleng termasuk jika ada kaleng penyot.

Menurut Mulyoto, urusan pengecekan sehat tidaknya barang produksi ini merupakan hal mendasar, karenanya inspeksi dari buyers juga acap dilakukan. Ini dibenarkan oleh Zulis yang memandu kami. Dia mengatakan bahwa sehari setelah acara ini akan dilakukan supervise dari tim Amerika.

Zulis adalah manajer produksi dan telah bekerja sejak tahun 2012. Perempuan kelahiran Gresik ini adalah sarjana Biologi dari ITS Surabaya.

Sebelum kami pamit, Hengki Setia Adi tak lupa menyampaikan terima kasih atas dukungan BRSDM-KKP dalam memastikan karyawan GMCP kompeten dalam proses pengolahan. "Uji ini sangat berguna bagi perusahaan, menjadi bukti bahwa kami juga berbenah. Siap menghadapi kompetisi di pasar internasional," pungkasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun