Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Si Mulut Harimau dan Isyarat dari Masalembu

30 Juli 2017   15:53 Diperbarui: 31 Juli 2017   06:24 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang disampaikannya ini sesuai dengan realitas bahwa fokus Pemerintah adalah menggulirkan bantuan paket alat tangkap untuk nelayan cantrang dengan kapal ukuran di bawah 10 gros ton. Sebanyak 14.367 usulan penggantian cantrang di bawah 10 GT untuk tahun 2017. Jateng terbanyak hingga 6.972 unit. Kapasitas Pemerintah untuk tahun ini masih pada angkat 2.990 unit sehingga harus ada penyesuaian baru, (KKP, 2017)

***

Pada pertemuan dengan Darul tersebut penulis memperoleh informasi bahwa jumlah penduduk Masalembu mencapai 29.000 jiwa dan 60% merupakan nelayan kecil atau tradisional.

"Nelayan kami menggunakan alat tangkap sangat tradisional, membuat rumpon dan mereka memancing di situ. Sementara cantrang ini terbuat dari ratusan mata jaring. Jadi induk ikan, anak ikan semuanya diambil," kata Darul yang mengaku berada di Masalembu ketika berlangsung aksi protes dan penolakan atas pemberian izin bagi cantrang tersebut.

"Acara itu sebenarnya bertepatan dengan acara reses saya. Jadi saat tahu ada perpanjangan operasi cantrang itu, warga serentak memberikan reaksi," kata pria kelahiran tahun 1981 ini. Menurutnya, para nelayan Pulau Masalembu melaksanakan Aksi Doa Bersama pada hari Ahad, 16 Juli 2017. Di Desa Masalima.

"Nelayan kami umumnya menggunakan jaring atau sering kita sebut nelayan pajala," kata pria yang pernah kuliah di UGM pada Fakultas Filsafat ini.

1170c675-bcbb-40b0-b5f3-c2b39ee0e3b5-597e6a9e50952946b60af992.jpg
1170c675-bcbb-40b0-b5f3-c2b39ee0e3b5-597e6a9e50952946b60af992.jpg
Menurut Darul, doa bersama tersebut sebagai bentuk keprihatinan sekaligus keresahan nelayan Masalembu atas masih dilanjutkannya penggunaan alat tangkap cantrang hingga Desember 2017. Hal yang bagi Darul tak lebih sebagai memperpanjang kerusakan alam laut Masalembu.

"Nelayan Masalembu menganggap laut adalah masa depan mereka, laut yang secara turun temurun telah memberikan manfaat, karenanya harus juga dijaga," lanjutnya.

Darul mengatakan bahwa belakangan ini kapal-kapal cantrang masih kerap ditemukan di sekitar Pulau Masalembu, Masalima dan Masakambing. Mereka bersandar di tepian pulau pada malam hari. Meski demikian, Pemerintah Desa sudah mengingatkan untuk tak datang lagi sebab dapat menimbulkan kekhawatiran baru sebab mereka bisa saja masuk ke area rumpon tradisional warga setempat.

Pekerjaan nelayan merupakan pilar bagi Kecamatan Masalembu yang mempunyai luas tidak kurang 40 km persegi ini atau 2% dari luas Kabupaten Sumenep. Terdapat 4 desa yang ada di dalam wilayah Kecamatan Masalembu yaitu, Masalima, Suka Jeruk, Masakambing dan Karamian. Terdapat 4 pulau yaitu Masalembu, Masakambing dan Karamian. Terdapat satu pulau tidak berpenghuni yaitu Pulau Kambing, pulau yang sering jadi persinggahan nelayan cantrang.  Cantrang asal Pati dan Rembang

"Jumlah penduduk saat ini sekitar 26ribu," kata Darul dan sebagian besar merupakan bauran Suku Bugis, Mandar, Makassar dan Madura. Posisi Kecamatan Masalembu dapat dicapai selama perjalanan 12 jam dari Sumenep. Sumenep di lidah orang Bugis Makassar sebagai Sumanna'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun