Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengurangi Tekanan pada Perempuan Pare-pare

6 September 2016   19:57 Diperbarui: 6 September 2016   20:09 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Kadis memberi sertifikat halal untuk kelompok perempuan pembuat abon tuna (foto: Kamaruddin Azis)

Chadijah adalah sekretaris kelompok, sementara anggotanya bernama Fitriah, Ruse, Aryani Abbas. Ketuanya bernama Halijah, 38 tahun. Siang itu, Halijah baru saja pulang dari belanja di pasar. Dia ditemani suaminya.

“Saya pun hanya tamat SMP, “ kata sang ketua, istri dari nelayan bernama Abdul Razak, 40 tahun.  Di kesehariannya, Halijah hanya berdua dengan suaminya, kedua anaknya sedang kuliah di Makassar. Mereka tinggal di atas rumah yang dibangun pada 2012.

Tentang usaha pembuatan benda hiasan ini, dia membeli material atau bahan kerang-kerangan dari Kampung Labuang di Barru, kabupaten tetangga. Dia mencatat biaya produksi dan nilai penjualannya di buku yang sudah disiapkan.

“Lumayan juga, produk kami sudah diboyong ke Belanda. Ada yang beli, pesan. Namanya ibu Dian, dia belikan orang tuanya di Belanda,” ujar Halijah bangga. Kelompok Halijah membuat vas bunga dari kerang-kerangan, lampu hias, asbak rokok dan lain sebagianya.

“Ibu Dian beli vas bunga, harganya 35 ribu, dia pesan banyak macam. Kalau lampu hias ini 250 ribu,” kata Halijah. Selain itu pembeli produk-produk kelompoknya dari Kota Palu, Kota Enrekang dan Makassar.

Sementara itu, di kelurahan lain, perempuan Julia Sasolo yang lahir dan besar di Pare-Pare sibuk membenahi kelompok dan aktivitasnya. Nama kelompoknya adalah Kelompok Rambutan.

“Ini salah satu cara supaya kami, perempuan-perempuan tetap giat bekerja, tidak boleh hanya diam saja,” kata ibu dari anak bernama Vence Riewpassa ini, ketua kelompok usaha produktif perempuan yang berdiri sejak tahun 2015. Anggotanya 8 orang.

“Unggulan kami snack, krispi, kerupuk. Kami memberi ragam aroma untuk masing-masing snack, ada rasa jagung, rasa coklat, vanila dan macam-macam, rasanya magapo (gurih)” katanya saat ditemui di pusat kegiatan kelompoknya. Kegiatan yang dibantu 36 juta untuk beberapa orang anggota. Bahan baku diplot sebanyak 6 juta dan akan dimanfaatkan sesuai jenis produk yang dipilih.

Julia dan anggota kelompok Rambutan (foto: Kamaruddin Azis)
Julia dan anggota kelompok Rambutan (foto: Kamaruddin Azis)
Di dalam bangunan itu nya ada lemari etalase sedang di bagian belakang ada wajan, dandang, kompor dan wadah pengolahan produk. Kerupuk ikan tuna belakangan ini diganti dengan ikan bandeng karena ketersediaan tuna yang langka di Pare-Pare.

Di kelompok Rambutan ini, kaum perempuan berinisiatif untuk memoles produknya dengan rasa yang beragam, mereka menjual produk di sekitar rumah dan jika dibutuhkan pihak luar dia jual ke luar termasuk ke toko di pusat Kota Pare-Pare.

Di kelompok Rambutan, kita kemudian menemukan sebuah ikhtiar dari beberapa ibu muda. Ibu yang menikah saat usianya masih sangat belia.  Irma misalnya.  Irma adalah anggota kelompok Rambutan yang sebelumnya menjual-jual kue. Dia punya keahlian membuat donat, Irma sudah berkeluarga, anaknya 3 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun