Data Kantor Pengadilan Agama Kota Parepare amat mencengangkan. Disebutkan pada tahun 2014 angka perceraian mencapai 421 perkara, sementara tahun 2015 ada 483. Di tahun 2016, jelang Agustus 2016 sudah ada 300 perempuan di Kota Parepare yang akan menyandang status janda (Pengadilan Agama Parepare, Kamis (4/8/2016).
Pare-Pare adalah kota pesisir di Sulawesi Selatan yang jumlah perempuan lebih tinggi dari laki-lagi. Jika ada 100 perempuan, pembandingnya 93 laki-laki.
Di tahun 2013 saat proyek pemberdayaan masyarakat pesisir (CCDP) diluncurkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yang didukung oleh The International Fund for Agricultural Development (IFAD), terdapat 63.763 jiwa penduduk laki-laki dan 68.285 jiwa penduduk perempuan. Perempuan lebih banyak. Pemilihan Kota Pare-Pare karena masih tingginya angka kemiskinan dan kerentanan sosial di wilayah pesisir. Itulah mengapa Pare-Pare dimasukkan sebagai salah satu lokasi pogram pemberdayaan masyarakat pesisir.
Di proyek ini, pemberdayaan masyarakat, pengelolaan sumber daya pesisir hingga pengembangan usaha dan pemasaran produk menjadi ruang lingkup kegiatan. Salah satu target pendampingan masyarakat setempat adalah mengidentifikasi kelompok-kelompok rentan di pesisir untuk menjadi bagian dari program. Salah satu kelompok itu adalah kelompok produktif perempuan yang fokus pada pengolahan hasil perikanan.
Salah satu kelurahan yang mendapat perhatian tersebut adalah kelurahan Soreang. Pada tahun 2015, beberapa perempuan difasilitasi oleh tenaga pendamping kelurahan untuk mengelola kegiatan. Mereka difasilitasi untuk melaksanakan usaha kerajinan. Setelah melalui verifikasi dan asistensi tim kerja CCDP Kota Pare-Pare beragam aktivitas produktif dihelat sejak tahun 2013.
“CCDP ini sangat pro gender, sangat mendorong adanya keadilan gender. Kita punya banyak kelompok-kelompok penerima bantuan dari pihak perempuan,” kata Damilah Husain, Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Kelautan Kota Pare-Pare yang juga ketua unit pelaksana kegiatan (PIU) CCDP saat ditemui pada 13/07/2016 di kantornya.
“Bapak bisa melihat langsung aktivitas mereka, ada yang sudah berhasil jual abon hingga ke Kalimantan seperti Juniati di Cappagalung, ada bikin kerajinan berbahan kerang-kerangan di Soreang,” katanya saat memberikan dokumen sertifikat halal untuk kelompok-kelompok perempuan binaan CCDP-KKP..
Siang itu sedang terik, perempuan yang menerima kami nampaknya baru saja selesai bersolek. Dengan hijabnya, dia terlihat anggun. Namanya Chadijah. Sesekali mengipas wajahnya karena berkeringat.
“Inimi kegiatan kelompok kami,” sambut Chadijah perempuan yang mengaku pengangguran sembari menunjukkan kerajinan perhiasan kerang yang dimulai dengan bantuan dana 20 juta dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Menurutnya, dengan bantuan itu dia bisa membeli peralatan seperti gurindam, guntng, gergaji, lem, tripleks dan bahan hiasan lainnya seperti tali dan kawat.
“Alhamdulilah bisa tambah pendapatan, tidak perlu banyak, yang penting ada untungnya biar tipis,” katanya saat ditemui di Soreang pada 13 Juli 2016.